Transcription

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIANUTRISI DAN PAKANTERNAK RUMINANSIA

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak CiptaLingkup Hak CiptaPasal 21. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk mengumumkanatau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpamengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.Ketentuan PidanaPasal 721. Barang siapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksuddalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan penjara masing-masingpaling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), ataupidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000,00 (lima jutarupiah).2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umumsuatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terbit sebagai dimaksud pada Ayat(1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).ii

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIANUTRISI DAN PAKANTERNAK RUMINANSIADR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSUdayana University Press2013iii

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSNUTRISI DAN PAKANTERNAK RUMINANSIAPenulis:Dr. Ir. Ida Bagus Gaga Partama, MSPenyunting:Prof. Ir. D. K. Harya Putra, M.Sc.,Ph.DCover & Ilustrasi:ReproLay Out:Putu MertadanaDiterbitkan oleh:Udayana University PressKampus Universitas Udayana DenpasarJl. P.B. Sudirman, Denpasar - Bali, Telp. 0361 255128 Fax. 0361 255128Email: [email protected] http://penerbit.unud.ac.idCetakan Pertama:2013, xiv 160 hlm, 15,5 x 23 cmISBN: 978-602-7776-59-3Hak Cipta pada Penulis.Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang :Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku initanpa izin tertulis dari penerbit.iv

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIAPRAKATAPengembangan ternak ruminansia secara ekstensif sangattidak memungkinkan, karena akan diperlukan lahanyang cukup luas. Untuk itu, diperlukan pengetahuan tentangnutrisi untuk ternak ruminansia tersebut. Ilmu nutrisi adalahilmu yang mempelajari pemilihan dan konsumsi pakan, sertapemanfaatan zat makanan untuk mempertahankan kelestarianhidup dan keutuhan organ tubuh ternak (pembaharuan seltubuh yang ”aus” atau terpakai) dan untuk memenuhi tujuanproduksi ternak.Tugas pokok ilmu nutrisi adalah untuk mempelajaribagaimana tubuh memperoleh zat makanan yang dibutuhkannya.Kebutuhan akan zat makanan untuk mempertahankan kelestarianhidup dan keutuhan organ tubuh dinamakan kebutuhan hiduppokok (maintenance requirement).Sebagaimana halnya manusia, ternak pun membutuhkangizi yang lengkap. Makin banyak ragam bahan baku yangdipakai dalam menyusun ransum, makin baik pula kualitasransum tersebut. Ternak yang diberi ransum yang mengandungbahan baku nabati dan hewani, umumnya akan mempunyaiperformans yang jauh lebih baik daripada ternak yang hanyamenerima ransum berbahan baku nabati saja. Hal ini dapatdijelaskan dengan adanya saling melengkapi kekurangan gizisatu bahan dengan bahan lainnya.Buku ajar ini disusun secara bersama-sama yang didasarkankepada kompetensi bidang ilmu masing-masing dan disinergikandalam sebuah tulisan yang sederhana ini. Dalam buku ini,

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSdikupas sistem pencernaan ternak ruminansia dan mikroba yangberperan di dalamnya, khususnya yang befungsi untuk degradasipakan serat secara fermentatif di dalam rumen, dan jenis pakanyang diberikan, sehingga diperoleh produktivitas ternakruminansia yang optimal. Ternak ruminansia mempunyai empatbuah perut, yaitu retikulum, rumen, omasum, dan abomasum.Proses pencernaan zat makanan di dalam retikulum, rumen,dan omasum dilakukan oleh mikroba rumen (bakteri, fungi,dan protozoa) yang merombak zat makanan secara fermentatif,sehingga menjadi senyawa lain yang berbeda dari molekul zatmakanan asalnya. Dengan demikian, bahan ajar ini akan sangatberguna dan membantu dalam pemahaman mengenai ilmunutrisi untuk ternak ruminansia.Sasaran utama pengguna buku ajar ini adalah mahasiswapeternakan tingkat sarjana untuk menunjang Mata Kuliah“Nutrisi Ternak Ruminansia” maupun mahasiswa pascasarjanadi bidang peternakan dan yang terkait dengannya. Selain itu,buku ini juga akan bermanfaat bagi mereka yang berkecimpungatau setidaknya menaruh minat di bidang peternakan, khususnyaternak ruminansia, karena dalam buku ini juga diberikan beberapahasil penelitian dan pemanfaatan berbagai macam limbah, baikdengan maupun tanpa sentuhan teknologi.Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyakterimakasih kepada Rektor Universitas Udayana, atas dana yangdiberikan melalui beberapa dana penelitian, karena sebagian datadalam penyusunan buku ajar ini mengacu pada hasil penelitianyang penulis dapatkan. Ucapan yang sama juga disampaikankepada Dekan Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, ataswaktu dan dorongan yang diberikan, sehingga penyusunanbuku ajar ini dapat terselesaikan. Penerbitan buku ini pun akansulit terwujud bila tidak ada kesempatan dan bimbingan daribapak Prof. Ir. Dewa Ketut Harya Putra, M.Sc. Ph.D. Beliausendiri adalah Dewan Penyunting Buku Ajar. Karena itu, padakesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang tulusvi

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIAkepada beliau. Ucapan yang sama disampaikan kepada Dr. Ir. IGst. Nym. Gde Bidura, MS; Ir. I Made Mudita, MS, dan Ir. DesakPutu Mas Ari Candrawati, MSi yang telah banyak membantudalam penelusuran pustaka di media elektronik maupun mediacetak.Akhirnya, penulis berharap semoga buku ini berguna untukmenambah pengetahuan dan menjadi rujukan dalam penyusunanransum ternak ruminansia dengan memperhitungkan prinsipprinsip ekonomi, sehingga produktivitas ternak ruminansia,khususnya ternak sapi dapat ditingkatkan. Buku ajar yangsederhana ini tidak akan sempurna bila tidak ada kritik sarandari pembaca. Oleh karena itu, segala kritik dan saran untukkesempurnaan buku ajar ini sangat kami harapkan.Denpasar, Maret 2013viiHormat kami,Penyusun

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSviii

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIADAFTAR ISIPRAKATA.vBAB I. PENDAHULUAN.1.1 Latar Belakang.1.2 Konsep Modern Dalam Penyusunan RansumTernak Ruminansia . .1.3 Daya Dukung Lahan dan Limbah.1135BAB II. PERAN PAKAN DAN ZAT MAKANAN.2.1 Konsumsi Nutrien pada Ruminansia.2.2 Peran Konsentrat . .2.3 Peran Serat Kasar .2.4 Peran Karbohidrat .2.5 Peran Protein .2.6 Peran Mineral .2.6.1. Mineral Kalsium (Ca).2.6.2. Mineral P (Phosphor) .2.6.3. Unsur N (Nitrogen) .2.6.4. Mineral Zn (Seng) .2.7 PeranVitamin .669101115222425262729BAB III. SISTEM PENCERNAAN TERNAKRUMINANSIA.3.1 Pengertian Tentang Sistem Pencernaan.3.2 Organ Sistem Pencernaan Ternak Ruminansia .3.2.1. Mulut dan Esofagus .32323333ix

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MS3.2.2.3.2.3.3.2.4.3.2.5.3.2.6.3.3Retikulum .Rumen .Omasum .Abomasum . .Usus halus Dan Usus Besar(Caecum dan Colon) . .Pencernaan Ternak Ruminansia.3738BAB IV. MIKROBA RUMEN .4.1 Mikroba Rumen .4.2 Mikroba Pendegradasi Lignin .4.3 Mikroba Pendegradasi Selulosa .4.4 Mikroba Pendegradasi Hemiselulosa .4.5 Ekosistem Rumen .4.5.1. Bakteri . .4.5.2. Fungi (Jamur) .4.5.3. Yeast . .4.5.4. Protozoa dan Algae .4.6 Pertumbuhan Mikroba . .4.7 Isolasi Mikroba Rumen .4.8 Kultivasi Mikroba .42424547505253565759596162BAB V. PAKAN LIMBAH AGRO INDUSTRIDAN FERMENTASI . .5.1 Ketersediaan Pakan .5.2 Problema Ketersediaan Pakan .5.3 Pertimbangan Teknis dan EkonomisDalam Pemilihan Bahan Pakan.5.4 Pengetahuan Mengenai Sifat Fisik dan Kimia Pakan.5.5 Pemakaian Bahan Baku Lokal . .5.6 Pakan pada Integrasi Ternak dengan Usaha Pertaniandan Perkebunan .5.7 Pakan Serat (Limbah) Terfermentasi . . 343637376464656668707275

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIA5.7.1. Karakteristik Mikroba Fermentasi .5.7.2 Indikator Keberhasilan Fermentasi .8182BAB VI. NUTRISI DAN PAKAN TERNAKRUMINANSIA .6.1 Jenis Pakan .6.1.1. Rumput . .6.1.2. Bahan Pakan Hijauan.6.1.3. Pakan Penguat/Konsentrat .6.1.4. Bahan Pakan Tambahan .6.2 Pakan Inkonvensional .6.2.1. Kulit Cokelat (Theobroma cacao) . .6.2.2. Bungkil Inti Kelapa Sawit .6.2.3. Lumpur Sawit . .6.2.4. Pelapah Sawit .6.2.5. Batang Pisang (Musa paradisica) .6.3 Sistem Pemberian Pakan . .6.4 Konsumsi Zat Makanan pada Ruminansia . .6.5 Kebutuhan Protein .6.6 Keseimbangan Asam Amino . .6.7 Lemak .6.8 Karbohidrat .6.9 Mineral .6.10 Vitamin .6.11 9110111BAB VII. FORMULASI RANSUM .7.1 Ransum . .7.2 Metode Menyusun Ransum .7.2.1. Kebutuhan Akan Zat Makanandan Periode Pemeliharaan.7.2.3. Pemberian Ransum Saat Ternak Bunting.7.2.3. Pemberian Ransum Saat IndukMenyusui .xi113113114115117118

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MS7.2.4. Ransum Pedet . .Konsumsi Ransum.Konversi Pakan Kering ke Pakan Segar.119119120BAB VIII. PENUTUP . .8.1 Ketahanan Pakan .8.2 Pakan Lokal .8.3 Strategi Pemberian Pakan .8.4 Pertimbangan Teknis dan Ekonomis .8.5 Pengolahan Pakan . .125125127128129130DAFTAR PUSTAKA.1337.37.4xii

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIADAFTAR GAMBAR2.1Bagan alir protein pakan dan NPN di dalam rumenternak ruminansia (McDonald et al., 1995).162.2 Diagram skematik dari protein sejati.172.3Aliran protein pada sapi laktasi .202.4Laju degradasi protein pakan dalam rumen .213.1Rumen ternak ruminansia (Hobson, 1988) .353.2 Saluran pencernaan sapi (Tillman et al., 1988) .355.1Fermentasi glukosa menjadi asam virupat (Owensdan Goetsch, 1988).796.1Pakan hijauan (rumput) dan penguat (dedak padi).856.2Performans sapi pada musim kamarau dan hujan.856.3Pagar tanaman gamal di sekeliling paddock.906.4 Tanaman leguminosa bahan pakan sumber protein.916.5Pod kakao tanpa perlakuan (a) dan pod kakaoyang telah mengalami fermentasi dengan kapang (b)6.6(Erika, 1998).97Pemeliharaan sapi di bawah pohon sawit.100xiii

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSDAFTAR TABEL2.1Utilisasi nitrogen pada sapi Bali penggemukanyang diberi ransum berbasis jerami padi amoniasiurea disuplementasi mineral.4.119Jenis bakteri, protozoa, dan fungi, serta aktivitas enzimpendegradasi komponen dinding sel tanaman(serat kasar) dalam rumen.4.243Koefisien cerna bahan kering dan bahan organikjerami padi oleh isolat mikroba rumen kerbauyang disimpan selama 8 bulan.5.145Pengaruh silase jerami padi dengan cairan rumenkerbau terhadap produksi gas komulatif dankecernaan ruminal bahan kering dan bahanorganik substrat oleh rumen sapi peranakanonggol (PO).6.180Komposisi bahan pakan dan zat makanan yangumumnya diberikan dalam ransum sapi.958.1 Susunan ransum sapi Bali bunting denganempat bahan baku pakan.xiv123

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIABAB IPENDAHULUAN1.1Latar BelakangPembangunan peternakan merupakan bagian integraldari pembangunan pertanian sebagaimana yangtercantum dalam arah dan kebijakan pembangunan nasionalyang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan populasiternak. Dengan demikian, pemenuhan kebutuhan daging akandan susu secara nasional dapat terpenuhi, atau impor daging dansusu dapat dikurangi, sehingga dapat menghemat devisa negara.Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kesadaran masyarakattentang pentingnya protein hewani juga ikut mendorongmeningkatnya permintaan terhadap pangan hewani.Pengembangan ternak ruminansia (sapi, kerbau, kambing,dan domba) perlu mendapat perhatian serius, mengingatpermintaan produk ternak (daging dan susu) tidak dapatdipenuhi oleh pasokan produk hewani dalam negeri. Sebagianbesar kebutuhan akan produk ternak dalam negeri dipenuhi olehproduk ternak impor. Hal ini merupakan peluang dan tantanganuntuk pengembangan budidaya ternak ruminansia yang efisiendan berorientasi pasar. Untuk itu, diperlukan strategi pemberianpakan sesuai dengan kebutuhan ternak itu sendiri, sehinggaakan terwujud peternakan yang efisien dalam memanfaatkansumberdaya alam. Sentuhan teknologi ini akan mendukungprogram terobosan Direktorat Jenderal Produksi Peternakan,yakni swasembada daging sapi pada tahun 2014 (DirektoratJenderal Peternakan, 2000).

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSPengembangan ternak ruminansia di Indonesia dihadapkanpada kendala potensi sumberdaya pakan yang tidak sesuai dengankuantitas, kualitas, dan kontinuitas. Karena itu, penanganannyaperlu mendapat perhatian serius karena pakan merupakan salahsatu faktor penting dalam usaha ternak. Oleh sebab itu, perbaikanmanajemen pakan diharapkan mampu meningkatkan efisiensiusaha sapi potong (Mahaputra et al., 2003). Usaha penggemukanternak ruminansia memerlukan pakan yang banyak, sehinggaperlu rekayasa pemberian pakan menggunakan bahan pakanberkualitas dengan manfaat optimal. Pertambahan bobot badansapi bali yang mengkonsumsi hijauan saja belum menunjukkanhasil yang optimal. Sapi bali yang diberi pakan rumput lapangansaja, pertambahan berat badan hanya sekitar 100-200 g/ekor/hari(Gunawan et al., 2003).Pada sistem pemeliharaan ternak ruminansia ataupemberian nutrisi untuk ternak rumnansia, pemberian pakanditujukan tidak hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhanhidup pokok, tetapi juga untuk mencapai tingkat produksisetinggi-tingginya. Oleh karena biaya pakan merupakan biayavariabel terbesar dalam suatu usaha peternakan, maka capaiantingkat produksi ternak harus senantiasa diusahakan agar dapatdicapai dengan biaya pakan semurah-murahnya.Kendala utama yang dijumpai adalah rendahnyaproduktivitas ternak ruminansia, rendahnya kualitas pakanyang diberikan, dan belum diterapkannya strategi pemberianpakan yang efisien dengan prinsip-prinsip ilmu nutrisi ternakruminansia. Kendala lainnya adalah terbatasnya pengetahuanpeternak mengenai pentingnya arti nutrisi bagi ternak, jenispakan yang diberikan, dan belum dimanfaatkannya limbahpertanian secara optimal sebagai pakan ternak ruminansia.Faktor pakan merupakan faktor yang paling dominanpengaruhnya terhadap produktivitas ternak ruminansia, sebabuntuk mendeposit nutrien dalam bentuk masa tubuh diperlukanbahan baku dari pakan. Namun, nutrien yang terdapat di dalam

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIAbahan pakan kadang-kadang berada dalam bentuk molekul yangsulit dicerna oleh enzim pencernaan.Strategi pemberian pakan perlu mendapat perhatiandalam usaha peternakan sapi potong maupun perah. Terbatasnyalahan untuk penyediaan hijauan pakan secara kontinyu danberlimpahnya limbah pertanian yang belum termanfaatkan secaraoptimal sebagai pakan sapi merupakan permasalahan yang perlusolusi secara komprehensif.1.2Konsep Modern Dalam Penyusunan Ransum TernakRuminansiaKonsep modern yang harus dikembangkan dalampenyusunan ransum ternak ruminansia adalah keseimbanganzat makanan, terutama protein dan energi untuk menunjangproduksi protein mikroba yang maksimal, di samping pasokanprotein makanan yang lolos dari degradasi mikroba rumen,sehingga langsung masuk ke dalam abomasum dan usus keciluntuk dicerna oleh enzim percernaan dan diserap oleh tubuh(Febriana, 2006).Ternak ruminansia mempunyai empat buah perut, yaituretikulum, rumen, omasum, dan abomasum. Proses pencernaanzat makanan di dalam retikulum, rumen, dan omasum dilakukanoleh mikroba rumen (bakteri, fungi, dan protozoa) yangmerombak zat makanan secara fermentatif, sehingga menjadisenyawa lain yang berbeda dari molekul zat makanan asalnya.Misalnya, protein dirombak menjadi NH3 dan karbohidratdirombak menjadi asam lemak atsiri (FVA folatile fatty acid).Amonia yang bersumber dari perombakan protein makanandan NPN (non protein nitrogen) sebagian besar digunakan olehmikroba untuk membentuk protein tubuhnya, sedangkanfermentasi karbohidrat akan menyediakan kerangka karbondan energi untuk sintesis protein mikroba. Dengan demikian,apabila amonia cukup, maka penambahan sumber karbohidrat

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSyang mudah tersedia dapat meningkatkan pembentukan proteinmikroba.Konsentrat sebagai ransum ternak ruminansia dapatdisusun dari bahan yang berbeda, seperti dedak padi, pollard,tepung darah, onggok, dan ampas tahu. Darah merupakansisa pemotongan hewan yang belum dimanfaatkan secaraoptimal, bahkan di beberapa daerah, darah sering menyebabkanpencemaran air dan lingkungan.Walaupun darah sulitdidegradasi dalam rumen, tetapi diharapkan akan menjadisumber by-pass protein yang dapat dimanfaatkan oleh ternakpascarumen. Dengan formulasi ransum yang tepat, diharapkanterjadi sinkronisasi antara kebutuhan akan energi dengankebutuhan akan protein untuk pertumbuhan dan pembentukanprotein mikroba rumen.Jerami padi mempunyai potensi besar sebagai pakan ternakruminansia, terutama sebagai sumber serat. Ketersediaan jeramipadi cukup luas di berbagai daerah di Indonesia, dengan jumlahyang melimpah. Akan tetapi, kualitas gizinya rendah yangditandai dengan rendahnya kandungan protein dan tingginyakandungan silika dan lignin, sehingga mengakibatkan rendahnyakecernaan jerami padi.Pengolahan jerami padi dengan menggunakan larutanurea 4% (”amoniasi urea”) ternyata dapat meningkatkankandungan protein dan kecernaan bahan kering jerami (Susila,1994). Pemberian ransum barbasis jerami padi amoniasi ureaharus didukung oleh konsentrat yang mengandung energiyang mudah difermentasikan, karena produksi amonia dalamrumen yang berasal dari urea, akan cepat terjadi setelah makan,sedangkan pakan berkualitas rendah, seperti jerami padi tersebuttidak mampu menyediakan energi yang cukup dalam waktuyang relatif singkat untuk keperluan sintesis atau pembentukanprotein mikroba yang maksimal. Oleh karena itu, setiap imbanganjerami padi amoniasi urea dan konsentrat dalam ransum secara

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIAlangsung akan mempengaruhi tingkat efisiensi sintesis proteinmikroba.Berbagai penelitian tentang pemanfaatan jerami padidengan suplementasi sisa hasil industri pertanian, maupundengan hijauan leguminosa segar telah dilakukan untuk pakanternak ruminansia kecil. Untuk menggantikan rumput segar,jerami padi dapat digunakan sampai sekitar 10%. Akan tetapi,bila digunakan bersamaan dengan konsentrat, maka jerami padidapat menggantikan rumput sampai sekitar 30% untuk kambingdan domba.1.3Daya Dukung Lahan dan LimbahKegiatan pembangunan peternakan perlu memperhatikandaya dukung dan kualitas lingkungan. Usaha peternakan ternakruminansia dengan skala besar dan relatif terlokalisasi akanmenimbulkan pencemaran terhadap lingkungan. Pencemaranini disebabkan oleh pengelolaan limbah yang belum dilakukandengan baik. Akan tetapi, kalau dikelola dengan baik, limbahtersebut memberikan nilai tambah bagi usaha peternakan danlingkungan di sekitarnya.Sistem usaha peternakan dengan penerapan produksibersih lingkungan (“zero waste”) merupakan salah satu upayayang dapat dilakukan dalam meminimalisasi limbah ternak.Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan darisuatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat, cair,gas, ataupun sisa pakan (Soehadji, 1992). Salah satu upaya untukmenanggulangi limbah adalah dengan mengintegrasikan usahatersebut dengan usaha lainnya, seperti penggunaan suplemenpada pakan, usaha pembuatan kompos, budidaya ikan, danbudidaya padi sawah, sehingga menjadi suatu sistem yang salingsinergis.

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSBAB IIPERAN PAKAN DAN ZATMAKANAN2.1Konsumsi Nutrien pada Ternak RuminansiaKonsumsi pakan merupakan faktor esensial yangmenjadi dasar untuk menentukan kebutuhan hiduppokok dan produksi (Parakkasi, 1995). Konsumsi pakan adalahjumlah pakan yang dikonsumsi oleh hewan bila pakan diberikansecara ad libitum (pakan selalu tersedia secara berlebihan di tempatpakan ternak). Konsumsi pakan dipengaruhi oleh beberapafaktor, antara lain:1.berat badan: makin besar berat badan ternak, maka makintinggi konsumsi ransumnya. Hal ini disebabkan karenakebutuhan zat makanan untuk menunjang pertumbuhanyang besar semakin tinggi.2.tipe ternak: tipe ternak sangat berpengaruh terhadapkonsumsi pakan. Misalnya, tipe ternak pedaging akanberbeda dengan tipe ternak perah.3.tingkat produksi: tingkat produksi yang tinggi akan selaludiikuti dengan tingkat konsumsi pakan yang tinggi.4.jenis pakan: jenis pakan yang diberikan pada ternak,misalnya pakan dalam bentuk kering (hay) atau pakan serat(roughage) akan dikonsumsi lebih banyak dibandingkandengan pakan segar per satuan berat kering pakan. Hal inidisebabkan karena pakan segar mengandung lebih banyakair, sehingga daya tampung rumen cepat terpenuhi.5.Lingkungan: lingkungan tempat ternak dipelihara sangatmempengaruhi konsumsi pakan. Ternak yang dipelihara

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIApada lingkungan yang panas akan mengkonsumsi pakanyang lebih rendah dibandingkan dengan ternak yangdipelihara pada ingkungan dingin atau nyaman.Secara umum, konsumsi pakan dapat meningkat sejalandengan meningkatnya berat badan (Amin, 1997), karenapada umumnya kapasitas saluran pencernaan meningkatdengan semakin meningkatnya berat badan, sehingga mampumenampung pakan dalam jumlah yang lebih banyak. MenurutArora (1995), konsumsi pakan akan bertambah jika aliran pakandalam rumen cepat. Hal ini disebabkan karena pakan yangmudah didegradasi oleh mikroba rumen akan secepatnya habis,sehingga rumen menjadi kosong dan secara naluri ternak akanmengkonsumsi pakan lagi. Seperti dilaorkan oleh Arora (1995),bahan pakan yang mudah dicerna akan meningkatkan kecepatanaliran pakan, sehingga konsumsi pakan akan meningkat (Arora,1995). Dilaporkan juga bahwa kecepatan alir digesta dalamsaluran pencernaan, terutama keluarnya dari retikulo-rumenmenentukan jumlah pakan yang dikonsumsi. Sebaliknya, bahanpakan yang mengandung serat kasar tinggi, seperti rumputlapangan dan jerami, menyebabkan sukar dicerna sehinggakecepataan alirannya juga rendah (Tillman et al., 1991).Pakan dengan ukuran partikel yang kecil dapat dikonsumsidalam jumlah yang lebih banyak jika dibandingkan dengan pakanyang ukuran partikelnya besar. Hal ini berarti bahwa konsumsipakan yang lebih banyak menyebabkan alir digesta dalam saluranpencernaan menjadi lebih cepat (Susila, 1994). Ada hubunganyang erat antara kecernaan, kecepatan pencernaan, dan konsumsipakan (Tillman et al., 1991). Penambahan kecepatan konsumsipakan sesuai dengan bertambahnya kecernaan pakan, di manakonsumsi bertambah bila diberikan pakan yang kecernaannyaatau nilai cernanya tinggi (Arora, 1995).Parakkasi (1995) menyatakan bahwa semakin meningkatnyanilai nutrisi suatu ransum akan meningkatkan konsumsi bahan

DR. IR. IDA BAGUS GAGA PARTAMA, MSkering ransum sampai pada tingkat kecernaan bahan kering70%. Ransum dengan tingkat kecernaan bahan kering yanglebih tinggi dari 70% akan menurunkan konsumsi bahan kering,karena kebutuhan ternak akan nutrisi telah terpenuhi. Sebaliknya,jika kecernaan rendah, akan meningkat konsumsi bahan keringuntuk memenuhi kebutuhan akan nutrisi, akan tetapi sebelumkebutuhan akan nutrisi terpenuhi, ternak akan berhenti makankarena kapasitas rumen tidak mampu menampung lagi.Ada tiga kemungkinan dari hubungan kecernaan dantingkat konsumsi bahan kering pakan sebagai berikut ini.1. Tidak terdapat hubungan antara kecernaan dan tingkatkonsumsi; misalnya, jika ternak diberi silase yang banyakmengandung zat beracun, konsumsi menurun,2. Terdapat hubungan positif antara keduanya itu; pakandengan kecernaan rendah akan mengurangi konsumsi,karena pakan akan lebih lama berada dalam rumen sehinggatidak ada ruang yang tersedia dalam saluran pencernaanuntuk memasukkan bahan pakan baru.3. Terdapat hubungan negatif; jika pakan berkualitastinggi, menyebabkan konsumsi akan menurun, karenasesungguhnya ternak mengkonsumsi pakan adalah untukmemenuhi kebutuhan akan energi dan protein. Olehsebab itu, apabila kandungan nutrisi pakan tinggi, akanmenyebabkan konsumsi pakan menurun, karena kebutuhannutrisi ternak lebih cepat terpenuhi. Sebaliknya, apabilakandungan serat kasar pakan tinggi, maka konsumsi pakanakan meningkat. Hal ini disebabkan karena ternak masihkekurangan energi, sehingga ternak berusaha memenuhikebutuhan akan energinya melalui peningkatan konsumsipakan (Parakkasi, 1995).Sifat fisik hijauan pakan ternak berhubungan latabilitasnya. Hijauan makanan ternak yang mengandung

NUTRISI DAN PAKAN TERNAK RUMINANSIAlignin tinggi palatabilitasnya lebih rendah daripada hijauanyang ligninnya rendah. Sifat pakan yang ”bulky” (”amba”)berpengaruh terhadap tingkat konsumsi; pakan hijauan yangkemampuannya mengisi lambung tinggi menyebabkan ternakakan makan sedikit, karena lambungnya cepat terasa penuh(Putra, 1992).2.2Peran KonsentratKonsentrat adalah pakan yang tinggi kandungan bahanekstrak tiada nitrogen (BETN) dan rendah kandungan serat kasar(SK), yaitu lebih rendah dari 18%. Kandungan protein pakan inidapat tinggi maupun rendah, sehingga konsentrat secara umumdapat dibagi menjadi dua, yaitu (1) konsentrat sumber energidan (2) konsentrat sumber energi dan protein. Karena konsentratrelatif mengandung serat kasar yang rendah, maka hampir semuakonsentrat mempunyai kecernaan yang tinggi.Penggunaan konsentrat memegang peran penting dalamupaya meningkatkan produksi asam propionat selama biokonversipakan dalam rumen. Secara alami, peningkatan produksi asampropionat tersebut ternyata dapat menurunkan produksi energiyang terbuang dalam bentuk gas metan (Orskov dan Ryle, 1990).Lebih lanjut dijelaskan bahwa dengan semakin tingginya asampropionat, maka prekursor pembentuk glikogen semakin banyak,sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan

ruminansia yang optimal. ternak ruminansia mempunyai empat buah perut, yaitu retikulum, rumen, omasum, dan abomasum. Proses pencernaan zat makanan di dalam retikulum, rumen, dan omasum dilakukan oleh mikroba rumen (bakteri, fungi, dan protozoa) yang