Transcription

Seminar Nasional Sains dan Teknologi (Senastek),Denpasar Bali 2014VARIASI KOSAKATA BAHASA BALI DIALEK NUSA PENIDADALAM LAYANAN KESEHATAN MASYARAKATNi Made Dhanawaty1), I Made Budiarsa 2)I Wayan Simpen3) , Ni Made Suryati4)1Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Jl. Nias 13 Denpasar80114, E-mail: [email protected] Inggris, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Jl. Nias 13 Denpasar3Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Jl. Nias 13 Denpasar4Sastra Bali, Fakultas Sastra, Universitas Udayana, Jl. Nias 13 DenpasarAbstrakMasyarakat Nusa Penida merupakan penutur bahasa Bali Dialek Bali Aga di Nusa Penida (DialekNusa Penida), dialek yang memiliki perbedaan cukup signifikan dengan bahasa Bali Umum. Perbedaanini menyebabkan masyarakat penutur bahasa Bali Umum, lebih-lebih penutur bahasa lain, yang bergerakdi bidang layanan kesehatan masyarakat sering mengalami hambatan komunikasi, khususnya padapasien/klien kelompok usia tua yang banyak monolingual, bahkan monodialektal di satu sisi, sementara disisi lain dokter/paramedis tidak memahami bahasa Bali dialek setempat. Menyikapi fenomena inidipandang penting menginventariasi variasi kosakata Dialek Nusa Penida pada layanan kesehatan.Dengan menerapkan metode simak dan cakap semuka dalam pengumpulan data, yang dianalisis denganmetode padan diperoleh hasil sebagai berikut. Variasi kosakata Dialek Nusa Penida dibandingkan denganDialek Bahasa Bali Umum menunjukkan perbedaan, yakni 1) pada medan makna nama bagian tubuhbeda 14%; (2) medan makna penyakit dan pengobatannya beda 16%; (3) medan makna gerak dan kerjabeda 22%; (4) kata ganti/sapaan/acuan beda 28%; dan (5) kosakata kekerabatan beda 8%. Ada beberapakata yang sama dengan bahasa Bali Umum, tetapi berbeda makna, seperti kata [bǝŋǝl] dalam bahasa BaliUmum bermakna „bintik-bintik pada kulit‟, tetapi dalam Dialek Nusa Penida bermakna „sakit kepala‟.Variasi fonologis menunjukkan realisasi vokal Dialek Nusa Penida sangat labil, dengan kecenderunganpengenduran dan penurunan. Ditemukan perubahan fonologis yang memunculkan kosakata yang taksa(bermakna ganda), salah satu contoh kata [pulǝs] „tidur‟ dilafalkan menjadi [pɔlɔs], Perbedaan makna danketaksaan tersebut dapat menimbulkan simpang komunikasi. yang membahayakan dalam layanankesehatan.Kata kunci: layanan, kosakata, variasi, komunikasi1. PendahuluanBahasa Bali di daerah provinsi Bali oleh Bawa {1983), secara garis besar, dipilah atas (1)bahasa Bali Dialek Bali Dataran, yang tersebar di daerah Bali dataran dan (2) bahasa Bali DialekBali Aga yang tersebar di daerah-daerah pegunungan pulau Bali, Nusa Penida, Nusa Lembongandan di Nusa Ceningan. Bahasa Bali Dialek Bali Dataran menunjukkan perbedaan/variasi yangcukup signifikan dengan bahasa Bali Dialek Bali Aga, khususnya pada tataran fonologis danleksikal. Hal ini menyebabkan bahasa Bali Dialek Bali Aga sulit dipahami oleh penutur bahasaBali Dialek Bali Dataran (selanjutnya disebut bahasa Bali Umum).Bahasa Bali Dialek Bali Aga di Nusa Penida (selanjutnya disebut Dialek Nusa Penida)merupakan salah satu Dialek Bali Aga yang juga sulit dipahami oleh penutur dialek atau bahasalain. Kesulitan pemahaman banyak dialami oleh para insan yang bergerak di bidang pelayanankesehatan di Nusa Penida sehingga paramedis dan dokter mengalami hambatan dalam menjalankantugas karena komunikasi kurang berjalan lancar. Kesulitan terutama dialami dalam komunikasidengan pasien/klien kelompok usia tua, karena di satu sisi mereka banyak yang monolingual,bahkan monodialektal, sementara di sisi lain dokter dan paramedis tidak memahami bahasa Balidialek setempat dan pustaka acuan yang dapat memudahkan pemahaman atas dialek itu juga tidaktersedia. Bertolak dari kondisi ini dipandang perlu dilakukan penelitian kebahasaan, dalam hal ini

2variasi kosakata bahasa Bali pada ranah kesehatan, yang hasilnya dapat dapat menunjangpelaksanaan program layanan kesehatan masyarakat di Nusa Penida.Penelitian ini bertujuan (1) menginventarisasi variasi kosakata bahasa Bali Dialek Nusa Penidapada ranah layanan kesehatan masyarakat dan mengkajinya secara onomasiologis dan (2) mengkajivariasi fonetis kosakata bahasa Bali Dialek Nusa Penida pada ranah layanan kesehatan.Pnelitian terhadap bahasa Bali dalam berbagai aspeknya telah banyak dilakukan. Penelitian yangbersentuhan dengan bahasa Bali Dialek Bali Aga sebagian besar tercakup dalam penelitiandialektologi di Bali.Penelitian bahasa Bali yang merupakan studi dialektologi dirintis oleh Bawa (1979/1980)dengan penelitian berjudul “Bahasa Bali di daerah Propinsi Bali: Sebuah Pemerian GeografiDialek”, yang kemudian dikembangkan menjadi “Bahasa Bali di Propinsi Bali: Sebuah AnalisisGeografi Dialek” (1983). Kedua penelitian tersebut menerapkan metode pupuan lapangan dalammengumpulkan data. Analisis fonologisnya menerapkan kajian dialektologi struktural, sedangkananalisis leksikalnya menerapkan metode dialektometri.Dilihat berdasarkan realisasi fonem vokal, Bawa mengelompokkan variasi bahasa Bali menjadilima, yakni (1) bahasa Bali Baku, (2) bahasa Bali Daerah [a] yang terdapat di daerah Bali Aga, (3)bahasa Bali Daerah [ə] yang terdapat di daerah di luar Bali Aga, kecuali Tabanan, dan (4) bahasaBali Daerah [ɤ] yang terdapat di beberapa daerah di Kabupaten Tabanan dan (5) bahasa BaliDaerah [ɔ], yang terdapat pada beberapa desa pada beberapa wilayah di Kabupaten Tabanan.Dengan melihat variasi fonologis dan leksikal, Bawa (kys) secara garis besar mengelompokkanbahasa Bali menjadi dua, yakni bahasa Bali Dialek Bali Aga atau Bali Pegunungan dan bahasa BaliDialek DataranSejalan dengan penelitian Bawa, di Bali banyak dilakukan penelitian dialektologi denganmodel yang sama dengan penelitian Bawa (1979/1980 dan 1983). Kajian dialek geografis terhadapbahasa Bali di Kecamatan Nusa Penida telah dilakukan oleh Madia (1984), yang mengkaji sistemfonologisnya berdasarkan dialektologi struktural dan oleh Adhiti (1984) yang meneliti variasikosakatanya. Hasil penelitian Madia, secara garis besar, mengelompokkan bahasa Bali diKecamatan Nusa Penida atas dialek pegunungan, dialek dataran, dan dialek Lembongan.Dhanawaty (2002) meneliti variasi fonologis bahasa Bali di Lampung dan membandingkannyadengan bahasa Bali di daerah asal transmigran. Penelitian yang menerapkan metode pupuanlapangan (Band. Ayatrohaedi), sebagai metode pengumpulan data ini menunjukkan bahwa bahasaBali di daerah asal transmigran di Nusa Penida memiliki variasi yang cukup signifikandibandingkan dengan Dialek Bahasa Bali Dataran (selanjutnya disebut Dialek bahasa Bali Umum).Dalam penelitian yang berjudul “Model Akomodasi dalam Upaya Pengembangan ToleransiAntaretnis Pada Masyarakat Transmigran di Provinsi Lampung”, Dhanawaty dkk. (2012)menjadikan konvergensi lingusitik dalam komunikasi paramedis—pasien sebagai bagianpembahasan. Dari penelitian yang datanya dikumpulkan dengan menerapkan metode simak dancakap; dan metode analisis padan intra maupun ekstralingual (Band. Mahsun, 2005) dan didukungteori akomodasi komunikasi dapat diketahui bahwa konvergensi bahasa berperan penting dalammembangun hubungan asosiatif atau hubungan sosial yang harmonis, tidak saja hubungan sosialintraetnis, tetapi juga hubungan sosial antaretnis. Salah satu bagian penting hasil penelitiantersebut yang relevan dengan penelitian ini adalah bahwa konvergensi linguistik yang dilakukanoleh paramedis ke arah para pasien di Lampung terbukti berhasil mengefektifkan komunikasiparamedis—pasien/klien.Semua penelitian di atas, khususnya penelitian yang berobjekkan Bahasa Bali Dialek NusaPenida, memiliki kontribusi besar terhadap penelitian pembahasan variasi leksikal dan variasifonologis kosakata Dialek Nusa Penida dalam layanan kesehatan. Penelitian yang menyangkutkonvergensi linguistik juga sangat relevan untuk melihat variasi bahasa dalam layanan kesehatan diNusa Penida.

3Bahan dan MetodeData penelitian ini kosakata bahasa Bali Dialek Bali Aga yang digunakan dalam komunikasilayanan kesehatan pada PUSKESMAS-PUSKESMAS di Nusa Penida. Data juga digali darisejumlah informan melalui instrumen penelitian berupa daftar 380 kosakata, yang terpilah ke dalamlima medan makna, yakni, yakni 1) medan makna nama bagian tubuh:114 buah; (2) medan maknapenyakit dan pengobatannya: 120 buah ; (3) medan makna gerak dan kerja: 110 buah; (4) kataganti/sapaan/acuan: 11 buah; dan (5) kosakata kekerabatan: 25 buah .Data dikumpulkan dengan metode simak, dengan teknik simak bebas libat cakap dan metodecakap dengan teknik cakap semuka (Sudaryanto, 1988) . Analisis data dilakukan dengan,menerapkan metode padan referensial dan fonetis artikuar (Sudaryanto, 1993)3. HasilHasil penelitian menunjukkan bahwa kosakata bahasa Bali Dialek Nusa Penida pada layanankesehatan bervariasi. Selain bervariasi secara leksikal atau menurut kosakata itu sendiri, jugabervariasi secara fonologis dan gramatikal, namun namun pembahasan pada tulisan ini difokuskanpada variasi leksikal dan fonologis, khususnya yang memengaruhi kosakata dan maknanya.3.1 Variasi LeksikalDeskripsi variasi leksikal dilakukan dengan membandingkan kosakata Dialek Nusa Penidadengan Dialek Bahasa Bali Umum pada tiap-tiap medan makna. Uraiannya dapat dilihat berikutini.(1)Variasi Kosakata Medan Makna Bagian TubuhDeskripsi variasi leksikal bagian tubuh dilakukan dengan membandingkan 112 glos DialekNusa Penida dengan Dialek Bahasa Bali Umum. Dari hasil perbandingan dapat diketahui bahwaantara Dialek Nusa Penida dan Dialek Bahasa Bali Umum terdapat 14% kosakata yang bervariasi.Beberapa di anatara variasi itu dapat dilihat pada Tabel 1.Tabel 1 Variasi Kosakata Medan Makna Bagian TubuhNo.GlosaBBU[cantɪk kəkɔlɔŋan],Dialek Nusa Penida1.'anak tekak'2.'betis'3.„buku‟[bukʊn jriji]4.'langit-langit'[laŋɪt-laŋɪt]5.'lepas tali pusar'[kəpʊs puŋsəd][ləpas tali bɔni]6.'lipatan kaki'[sɛŋkɔd].[katak katakana/]7.'tumit .[jeŋgɔt batɪs][gaɲɔt], [buŋkɪl batɪs].[bətəkan batɪs],[ɔɔd][cɛcɛtan][hɔɔd], [ɔɔd].[buku buku]; [kɛlɛŋan].[laŋɪt-laŋɪt [nanɘŋ];[tanɘŋ].2 Variasi Kosakata Medan Makna Obat dan PengobatanPada medan makna penyakit dan pengobatan dibandingkan 118 kosakata.Hasil perbandinganmenunjukkan teradpat 16% kosakata yang bervariasi. Beberapa contoh ditampilkan peda Tabel 2.

4Tabel 2 Variasi Kosakata Medan Makna Penyakit dan PengobatanNo.GlosaBBUDialek Nusa n]2.'gigi' tanggal[gigi a‟[paad][liɲʊn, pəgad]4.'keseleo'[səmpelɔk, lɪh][kəsəleo, peləg]5.'kesemutan'səmʊtansəmʊtən, ndəd6.'memar'balanləbəŋ/7.'sakit punggung'sakɪt tundʊn;8.„timumbulan'kətimumbʊlan[sakɪt tundʊn]; [sakɪt tulaŋjəlujʊh][alɘɘdan]ī3 Variasi Kosakata Medan Makna Gerak dan KerjaVariasi kosa kata medan makna gerak dan kerja dilakukan dengan membandingkan 111kosakata. Hasil perbadingan menunjukkan terdapat 22% kosakata yang bervariasi. Contohnyadapat dilihat pada Tabel 3.Tabel 3 Variasi Kosakata Medan Makna Gerak dan KerjaNo.GlosaBBUDialek Nusa Penida1.'berjalan'[məjalan][məjalan] [ɲalan], [ɲanan]2.'berjongkok'[ɲɔŋkɔk][nugrʊg] [ nɔgrɔŋ]3.membujuk (bayi)[nupdʊpaŋ][ŋariisan], [mataŋ]4.'duduk'[nəgak][ɲɔŋkɔk], [ɲəŋkɔk]5.'ladang yenyak'[arɪs], [ lələp][əmpɪl]7.'picingkan , [mejət, mɛjɔt]4 Variasi Kosakata Medan Makna Gata Ganti, Sapaan, dan AcuanKosakata medan maknakata ganti, sapaan, dan acuan dilakukan hanya denganmembandingkan 11 kosakata. Untuk medan makna ini ditemukan variasi 28%. Berikut ditampilkancontoh kosakata yang bervariasi.Tabel 4 Variasi Kosakata Medan Makna Kat Ganti, Sapaan, dan Acuan

5No.GlosaBBUDialek Nusa Penida1.„saya‟[tiʸaŋ], [caŋ][kolɘ]2.„kamu‟[ragane], [c(a)i][edɘ]3.'kita semua'[i ragə jak makəjaŋ] [ebɘ]4.'yang mana'[cɛn əɲcɛn][japɘ](5) Variasi Kosakata Medan Makna Sistem KekerabatanVariasi kosa kata medan makna sistem kekerabatan dilakukan dengan membandingkan 25kosakata. Dari 25 kosakata yang dibandingkan ditemukan bervariasi hanya 8%. Berikut dapatdilihat contoh kosakata yang bervarisi.Tabel 5 Variasi Kosakata Medan Makna Sistem ek Nusa Penidalaki-laki [rəramə], [p{ə,ɔ}] [maman], [wa]UKlaki-laki [rəramə] [p{ə,ɔ] UK [wa]ayah/ibu'Keseluruhan variasi kosakata ranah layanan kesehatan masyarakat dalam Dialek Nusa Penidadan perbandingannya dengan bahasa Bali Umum, secara visualitatif dapat dilihat pada Grafikberikut.3.2 Variasi FonologisVariasi fonologis menunjukkan realisasi vokal Dialek Nusa Penida sangat labil, dengankecenderungan pengenduran dan penurunan. Fonem vokal /i/ pada kata /ipah/ dalam bahasa BaliUmum direalisasikan dengan [i], sedangkan dalam Dialek Nusa Penida direalisasikan dengan [ɛ]sehingga kata bahaas Bali Umum [ipah] berkorespondensi dengan [ɛpah] dalam Dialek Nusa

6Penida. Hal ini diakibatkan oleh adanya asimilasi regresif parsial oleh vokal rendah [a] padasilabel ultima sehingga [i] mengalami perendahan, namun tidak menjadi persis sama dengan [a].Hal yang simetris terjadi pada realisasi fonem /u/, seperti pada kata /ubad/, yang dalam bahasa BaliUmum direalisasikan dengan [u], sedangkan dalam Dialek Nusa Penida direalisasikan dengan [ɔ].Dengan demikian, kata bahasa Bali Umum [ubad] berkorespondensi dengan [ɔbad] dalam DialekNusa Penida.Perbedaan ditemukan juga pada realisasi fonem /ə/. Pada silabel ultima tertutup, fonem /ə/dalam bahasa Bali Umum direalisasikan [ə], sedangkan dalam Dialek Nusa Penida direalisasikandengan [ɔ]. Perbedaan ini dapat manghasilkan kosakata yang bermakna taksa, misalnya kata /puləs/yang dalam bahasa Bali Umum dilafalkan dengan [puləs] dalam Dialek Nusa Penida dilafalkan[pɔlɔs]. Kata /mədəm/ dalam bahasa Bali Umum dilafalkan dengan [mədɔm] dalam dialek NusaPenida dilafalkan dengan [mədɔm]. Dalam Dialek Bahasa Bali Umum terdapat kata [pɔlɔs]memiliki arti „jujur, tidak bertekstur‟ dan [mədɔm], memiliki arti „bermain domino‟/puləs/Pengendoran dan pembelakanganAsimilasi Tahap I (parsial)Asimilasi Tahap II (totalBahasa Bali Umum[puləs]-Dialek Nusa �lɔs]/mədəm/[mədəm]Pengendoran dan pembelakangan -[mədəm][mədɔm]4. PembahasanKomunikasi memegang peranan penting dalam asuhan kesehatan. Komunikasi di sini, bukansemata-mata sebagai transmisi informasi, tetapi juga sebagai apa yang oleh Spencer-Oatey (2000)disebut dengan istilahi penata hubungan sosial. Untuk meningkatkan keefektifan komunikasidokter/paramedis perlu menggunakan bahasa yang dikuasai pasien dan/atau keluarganya (Ismani,2001). Ini berarti dokter/paramedis yang bertugas di Nusa Penida perlu menguasai Dialek NusaPenida agar dapat meningkatkan kesalingpahaman, bahkan dapat berkonvergensi secara linguistikke arah pasien dan keluarga.Dari paparan Butir 3 dapat dilihat bahwa dari 380 buah kosakata yang dibandingkan terdapat66 buah kosakata yang bervariasi/berbeda di antara bahasa Bali Umum dan Dialek Nusa Penida.Jumlah ini cukup siginifikan dan cukup menghambat komunikasi dalam ranah layanan kesehatanmasyarakat karena ranah ini merupakan ranah yang mengandung risiko yang tinggi sehinggamembutuhkan komunikasi yang tepat dan akurat. Perbedaan-perbedaan kosakata ini menjadihambatan dalam komunikasi dokter/paramedis-pasien khsususnya bagi dokter/paramedis yangbukan penutur Dialek Nusa Penida. Hambatan ini terutama dirasakan pada masa-masa awal merekabertugas. Seorang perawat mengaku pada masa-masa awal bertugas kesulitan saat berkomunikasidengan pasien kelompok usia tua, yang monolingual dan monodialektal, karena kurang memahamiapa yang disampaikan oleh pasien, begitu juga apa yang dia sampaikan tidak dipahami oleh pasian.Sebagai jalan keluar, yang bersangkutan perlu minta tolong kepada teman yang mengerti DialekNusa Penida. Keadaan seperti ini tentu sangat menghambat komunikasi dan juga menghambatpetugas lain di dalam menjalankan tugasnya.Kesulitan bertambah dengan adanya kata-kata yang homonim jika dilihat dari bahasa Balisecara keseluruhan. Misalnya kosakata /bəŋəl/ dalam bahasa Bali Umum bermakna „bintik-bintikkecil pada kulit (akibat kena ulat bulu atau serangga lain)‟, sedangkan dalam Dialek Nusa Penidaberarti „sakit kepala‟. Kata dengan makna seperti itu dapat menimbulkan simpang komunikasi yangberakibat fatal karena dapat saja menimbulkan malapraktik yang tidak disengaja. Variasi fonologisyang terdapat pada sejumlah kata juga dapat menimbulkan keambiguan makna.

7Contoh.barbarpɔlɔs,lɛpɛhkolɘ ɲalanterus-menerustidurlelahsaya berjalan‟. saya hanya tidur terus, lelah berjalan memakai tongkat.‟ŋəŋgɔnmemakaitɔŋkɔdtongkatKata [pɔlɔs] di sini merupakan realisasi atas kata /puləs/, semantara dalam bahasa Bali Umum katadengan lafal ini bermakna „sederhana, jujur, tanpa tekstur atau motif (kain)‟ Seperti telahdijelaskan /ə/ pada silabe ultima tertutup direalisasikan dengan [ɔ]. Bunyi ini rupanyamengasimilasi regresif fonem /u/ menjadi [ɔ) sehingga muncul kata [pɔlɔs], proses yang samaterjadi juga pada kata [tɔŋkɔd]. Akibat proses fonologis ini bererati ada dua hal yang terjadi, yaknikosakata itu kurang dikenali seperti kata [tɔŋkɔd] dan kosakata tertentu menimbulkan keambiguan,seperti kata [pɔlɔs].Selain terganggunya kesalingpahaman, kebervariasian kosakata juga menyebabkan sulitnyadokter/paramedis berkonvergensi secara linguistik ke arah pasien karena mereka kurang menguasaiDialek pasiennya. Menyikapi fenomena ini ke depan perlu disusun sebuah senarai kosakata yangbanyak digunakan dalam ranah layanan kesehatan.5. KesimpulanKosakata bahasa Bali Dialek Nusa Penida pada ranah layanan kesehatan menunjukkanperbedaan dengan kosakata bahasa Bali Umum pada ranah yang sama. Kebervariasian kosakatamenjadi hambatan komunikasi bagi petugas kesehatan yang bukan penutur Dialek Nusa Penida,khususnya pada masa-masa awal mereka bertugas. Variasi kosakata ini diperkompleks oleh variasifonologis yang tidak saja menyulitkan untuk mengenali kosakata tertentu, tetapi juga menimbulkanketaksaaan yang dapat menyebabkan simpang komunikasi. Menyikapi fenomena ini perlu disusunsenarai kosakata dalam ranah layanan kesehatan untuk dapat membantu petugas kesehatan.di dalammenjalankan tugasnya. Selain bidang kesehatan, bidang layanan masyarakat lainnya tampaknyajuga membutuhkan bantuan senada.Ucapan TerimakasihPenelitian ini terlaksana atas bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada Dikti, yang telah memberikan bantuan biayapenelitian, Kepala LPPM Universitas Udayana beserta jajarannya yang telah memfasilitasipemerolehan dana dan pelaksanaan penelitian ini, Dekan Fakultas Sastra dan Budaya dan KetuaProgram Studi Sastra Indonesia yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, pejabatdan pemuka masyarakat di Kecamatan Nusa Penida, para petugas kesehatan di wilayah NusaPenida, utamanya para informan yang merupakan sumber data penelitian, para pembantu peneliti,kepada Raye sekeluarga yang telah banyak membantu pelaksanaan penelitian ini dan telah menjadikeluarga selama penelitian ini berlangsung.PustakaBawa, I Wayan. 1979/1980. "Bahasa Bali di daerah Propinsi Bali: Sebuah PemerianGeografi Dialek". Jakarta: Proyek Penelitian ILDEP melalui Pusat Pembinaan danPengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.Bawa, I Wayan. 1983. "Bahasa Bali di Daerah Propinsi Bali: Sebuah Analisis Geografi

8Dialek'. Disertasi. Jakarta: Universitas IndonesiaDhanawaty, Ni Made. 1981. "Bahasa Bali di Kabupaten Tabanan: Sebuah Telaah GeografiDialek". Skripsi. Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana.Dhanawaty, Ni Made dkk. 2012. “Model Akomodasi dalam Upaya Pengembangan Toleransi AntaretnisPada Masyarakat Transmigran di Provinsi Lampung”. Laporan Penelitian Hibah Kompetitif StrategisNasional Universitas Udayana.Ismani, Hj. Nila. 2001. Etika Keperawatan. Jakarta: Widya Medika.Madia, I Made. 1984. "Variasi Sistem Fonologi Bahasa Bali di Nusa Penida: SebuahKajian Dialektologi Struktural" Laporan Penelitian. Singaraja: Balai PenelitianBahasa, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan danKebudayaan.Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakrta: PT Raja Grafindo Persada.Spencer-Oatey, Helen. 2000. Cultural Speaking: Management Rapport through Talk accrosCultures. London: Nontinuum , Membina HubunganSudaryanto. 1988. Metode Linguistik bagian Kedua: Metode dan Aneka TeknikPengumpulan Data. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar PenelitianWahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.Ylanne-McEwen, Virvi & Nikolas Coupland. 2000. “Accommodation Theory: AConceptual Resource for Intercultural Sosiolinguistics” dalam Culturally Speaking:Managing Rapport through Talk accross Cultures oleh Helen Spencer-Oatey.London and New York: asi/2010/10/program-kerja-dan-kegiatan).Program Jaminan Kesehatan Bali Mandara, Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 18Oktober 2010

(bermakna ganda), salah satu contoh kata [pulǝs] „tidur‟ dilafalkan menjadi [pɔlɔs], Perbedaan makna dan ketaksaan tersebut dapat menimbulkan simpang komunikasi. yang membahayakan dalam layanan kesehatan. Kata kun