Transcription

PEMIKIRAN DANIEL GOLEMANTENTANG KECERDASAN EMOSIONALSKRIPSIDiajukan kepada Jurusan Dakwah dan KomunikasiIAIN Purwokerto Untuk Memenuhi Salah Satu SyaratGuna Memperoleh Gelar SarjanaKomunikasi Islam (S.Kom. I.)Oleh:RIZKI AZIS ABDULLAHNIM 102311011PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAMJURUSAN DAKWAH DAN KOMUNIKASIINSTITUT AGAMA ISLAM NEGERIPURWOKERTO1436 H./ 2015 M.i

ABSTRAKPEMIKIRAN DANIEL GOLEMANTENTANG KECERDASAN EMOSIONALRizki Azis AbdullahNIM : 102311011Emosional yang dimunculkan dalam suatu tindakan sangatmempengaruhi kehidupan manusia ketika dalam mengambil suatukeputusan. Hal ini tentu tidak jarang suatu keputusan yang diambil hanyadari sudut emosional tanpa ada kolaborasi dengan akal rasional yang padaakhirnya menghasilkan keputusan yang terkesan kurang bijak. Oleh karenaitu, dalam hal ini penulis mencoba melihat sisi terdalam dari konsepkecerdasan emosional yang ditawarkan oleh Daniel Goleman, sehinggasetelah memahami konsep yang ditawarkan oleh Daniel Goleman pembacaakan dapat mengelola perasaan yang dimiliki sehingga dapatmengekspresikan secara tepat dan efektif dalam kehidupannya.Persoalan yang dikaji dalam penelitian ini adalah Bagaimanastruktur konseptual dari kecerdasan emosional yang diperkenalkan olehDaniel Goleman? Bagaimana kritik konseptual dari kecerdasan emosionalyang digagas oleh Daniel Goleman?Penelitian ini termasuk pada bibliotika research atau libararyresearch. Data diperoleh dari tulisan-tulisan yang mengungkapkanmengenai konsep yang digagas oleh Daniel Goleman tentang kecerdasanemosional. Kemudian data dianalisis dengan menggunakan pendekatancontent analysis.Penelitian ini menunjukkan bahwa pada dasarnya konsepkecerdasanemosionalsudahadasebelum Daniel Golemanmempublikasikan konsep kecerdasan emosionalnya. Daniel Golemanmemberikan definisi bahwa kecerdasan kmosional merupakan kemampuanuntuk mengenali perasaan diri sendiri maupun orang lain, kemampuanuntuk memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengelola emosi baikpada diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain. KonsepGoleman memiliki titik fokus pada penerapan kecerdasan emosional yangdapat difungsikan dalam kehidupan, seperti lingkup keluarga, kesehatan,pendidikan, serta karier. Selain itu, konsep Goleman ini tidak terlepas darikritik yang menyertainya, kritik pertama fokus pada anggapan yangberlebihan berlebihan bahwa nilai-nilai di sekolah tidak berpengaruh padakesuksesan hidup seseorang di kemudian hari, sehingga upaya untukmeningkatkan kemampuan skolastik anak diabaikan. Kritik kedua, tidakadanya model pengukuran kecerdasan emosional oleh Daniel Goleman.Kata kunci : Daniel Goleman, kecerdasan emosional.vi

KATA PENGANTAR DenganmengucaplafadzAlhamdulillahiRabbil al-‘Alamin,penulis memanjatkan puji syukur kehadirat Allah Ta’alla, yang ulisdapatmenyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga kian tercurahkankepadaNabi MuhammadSAW.,sebagai pendakwahsejati yangmenginspirasi penulis.Penulis menyadari masih terdapat kekurangan maupun kelemahan.Meski demikian, penulis tetap berharap semoga karya yang telah disusundalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar SarjanaStrata satu Komunikasi Islam (S. Kom.I) itu dapat ni,penulismenghaturkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:Pertama, Dr. A. Luthfi Hamidi, M.Ag., Rektor Institut AgamaIslam Negeri Purwokerto.Kedua, Drs. Munjin, M.Pd.I., Pembantu Rektor 1 Institut AgamaIslam Negeri Purwokerto.Ketiga, Drs. Asdlori, M.Pd.I., Pembantu Rektor 2 Institut AgamaIslam Negeri Purwokerto.Keempat, H. Supriyanto, Lc., M.SI., Pembantu Rektor 3 InstitutAgama Islam Negeri Purwokerto.vii

Kelima, Drs. Zaenal Abidin, M.Pd., Dekan Fakultas Dakwah danKomunikasi di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.Keenam, Nurma Ali Ridwan, M.Ag., Ketua Jurusan Bimbingan danKonseling Islam di Institut Agama Islam Negeri Purwokerto.Ketujuh, Elya Munfarida, M. Ag., selaku Pembimbing AkademikBimbingandanKonselingIslam di Institut AgamaIslam NegeriPurwokerto.Kedelapan, Dr. H. M. Najib, M.Hum., Dosen Pembimbing yangtelahmemberikan bimbingan,motivasi,serta arahan dengan penuhkesabaran dan ketulusan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.Kesembilan, Segenap Civitas Akademik Sekolah Tinggi AgamaIslam Negeri Purwokerto.Kesepuluh, Bapak Daryoko Mustofa Khamal dan Ibu Murtafingah,selaku orang tua dari penulis, atas segenap dukungan yang bersifat morilmaupun materilnya, penulis mengucapkan terima kasih. Sebagai seoranganak yang tak pernah jauh dari sifat alamaiah manusia, yaitu kesalahan,penulis memohon maaf yang sedalam-dalamnya.Kesebelas, Bapak Kholil Lur Rohman, penulis mengucapkanterima kasih atas kesabarannya dalam memberikan saran yang konstruktifpada diri penulis hingga masa studi akhir ini.KeduaMuthmainnahbelas, Abah Moh.besertakeluargaRoqibselakudan Umi Nortri YuniatiPengasuhPondokPesantrenMahasiswa An-Najah Purwokerto, Dewan Ustadz dan Pengurus Santriviii

Pondok Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto, serta kawan-kawanPondok Pesantren Mahasiswa An-Najah Purwokerto. Terima kasih atassegala bimbingan penuh kasih sayang dan kebersamaan penuh cinta yangtelah diperkenalkan pada penulis sehingga penulis dapat memetik hikmahsebagai bekal yang terbaik dalam setiap menjalankan aktifitas.Ketigabelas,Segenapkeluarga besar penulis yang sudahmemberikan motivasi, bantuan secara moril dan materiil, yakni keluargabesar Bapak Ahmad Zuberi, keluarga besar Bapak Taufiq Hidayat,keluarga besar Bapak Mutohar, Keluarga Besar Bude Ti, keluarga besarBulik Sri, serta kenangan berarti bagi penulis untuk Pakde Di, Mas Aji,Mas Nurkojin, Mba Wiwik, Dek Aldi, dan Dek Zaki yang telah ikhlasmembantu penulis memberikan ruang peristirahatan ketika masa pencarianreferensi data skripsi di Universitas Indonesia.Keempat belas, Guru-Guru Penulis baik dalam pendidikan formalmaupun informal, yang telah membuka pikiran kepada penulis untuksenantiasa mencintai ilmu pengetahuan.Kelima belas, Kawan-kawan terbaik yang penulis miliki pada masaTaman Kanan-kanak Siwi Peni 23 Semarang, SDN 2 Kembaran Kulon,SMPN 5 Purbalingga, MAN Purbalingga, Pesantren Mahasiswa anseperjuanganBimbingan dan Konseling Islam (BKI) 2010 (Afdhila, Agung, Ahal, Alfi,Ali, Ari, Aries, Arif, Arin, Atik, Aulia, Ayu, Dukhron, Efi, Evi Hida, Faiq,Fitri, Galih, Haryadi, Helmi, Iqbal, Irfan, Iskandar, Izah, Janah, Laeli,ix

Mansur, Mazwa, Mega, Omay, Putri, Ragil, Restu, Ria, Sulis, Tanto,Wahyu, Wisnu, Wiwit, Yuni, Zizah), serta sahabatterdalam: Aulia NurInayah, Khososis Kafya Hani, dan Miftahul Hudallah. “Meski memorikuini terlalu lemah untuk mengenal nama kalian satu persatu dan kenangankebersamaan kita, bagiku kalian seperti bintang di langit malam. Jika akutak melihatnya, aku akan merindukannya. Dan ketika aku melihatnya, akusangat bahagia. Ketika ada ataupun tidaknya kalian ada di sisiku, kalianmembuatku sangat bahagia.”Keenam belas, Semua pihak yang telah memberi, membantu,mendukung, serta membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsiini.Pada akhirnya, hanya kepada Allah Ta’alla, penulis memohon agaramal salih dan budi jasa mereka diterima di sisi-Nya. Semoga tulisan yangamat sederhana ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun siapa sajayang membutuhkannya, terlebih bagi penulis itu sendiri.Purwokerto, 4 September 2015Saya yang menyatakan,Rizki Azis AbdullahNIM.102311011x

DAFTAR ISIHALAMAN JUDUL .iHALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN .iiHALAMAN PENGESAHAN .iiiHALAMAN MOTTO .ivHALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING .vABSTRAK .viKATA PENGANTAR .viiDAFTAR ISI .xiDAFTAR TABEL .xivDAFTAR LAMPIRAN . xvBAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah .1B. Definisi Operasional .5C. Rumusan Masalah .6D. Tujuan dan Manfaat Penelitian . 7E. Kajian Pustaka . 7F. Metode Petelitian . 13G. Sistematika Pembahasan . 17xi

BAB IIMENELISIK KONSEP KECERDASAN EMOSIONAL(PERIODE CHARLES DARWIN SAMPAI DENGANROBERT K. COOPER DAN AYMAN SAWAFA. Menelisik Konsep Kecerdasan Emosional CharlesDarwin . 19B. Menelisik Konsep Kecerdasan Emosional Edward L.Thorndike . 23C. Menelisik Konsep Kecerdasan Emosional ClaudeSteiner . 24D. Menelisik Konsep Kecerdasan Emosional HowardGardner . 25E. Menelisik Konsep Kecerdasan Emosional Reuven BarOn . 27F. Menelisik Konsep Kecerdasan Emosional Peter Saloveydan John Mayer . 30G. Menelisik Konsep Kecerdasan Emosional Robert K.Cooper dan Ayman Sawaf . 32BAB IIIBIOGRAFI DANIEL GOLEMANA. Latar Belakang Kehidupan Tokoh . 38B. Karya-karya Daniel Goleman dalam Bidang KecerdasanEmosional . 43xii

BAB IVPEMIKIRANDANIELGOLEMANTENTANGKECERDASAN EMOSIONALA. Analisis Posisi Daniel Goleman dalam PercaturanKeilmuan Peradaban Pemikiran . 49B. Analisis Kritik Konseptual Kecerdasan EmosionalDaniel Goleman . 75BAB VPENUTUPA. Simpulan . 81B. Saran . 82C. Kata penutup .82DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRANxiii

DAFTAR TABELTabel:1. Tabel 1 Model Empat Batu Penjuru2. Tabel 2 Repetoar Emosi3. Tabel 3 Posisi Daniel Goleman dari Pemikiran Tokoh KecerdasanEmosional lainnyaxiv

DAFTAR LAMPIRANLampiran 1: Surat Keterangan Pembimbing SkripsiLampiran 2: Kartu Bimbingan SkripsiLampiran 3: Surat Keterangan Mengikuti Seminar Proposal SkripsiLampiran 4: Berita Acara atau Daftar Hadir Seminar SkripsiLampiran 5: Surat Keterangan Lulus Seminar ProposalLampiran 6: Surat Keterangan Ujian KomprehensifLampiran 7: Rekomendasi MunaqosyahLampiran 8: Berita Acara Mengikuti Kegiatan Ujian MunaqosyahLampiran 9: Sertifikat OPAKLampiran 10: Sertifikat BTA dan PPILampiran 11: Sertifikat Bahasa ArabLampiran 12: Sertifikat Bahasa InggrisLampiran 13: Sertifikat PPLLampiran 14: Sertifikat KKNLampiran 15: Sertifikat KomputerLampiran 14: Surat Keterangan WakafLampiran 15: Daftar Riwayat Hidupxv

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKecerdasan emosional merupakan istilah yang pertama kalidiperkenalkan pada tahun 1990 oleh psikolog dari Harvard Universityyang bernama Peter Salovey dan John Mayer dari University of NewHampshire, untuk menjelaskan tentang kualitas-kualitas emosional yangtampaknya penting bagi keberhasilan. Kualitas-kualitas tersebut, antaralain: Empati, mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikanamarah, kemandirian, kemampuan n,diri, kemampuankesetiakawanan,keramahan, serta sikap saling menghormati.1Pada tahun 1995 konsep kecerdasan emosional disebarluaskan olehseorang psikolog berkebangsaan Amerika yang bernama Daniel Golemandari pengkajiannya secara mendalam dari berbagai riset mengenaikecerdasan emosional.2 Melalui buku yang ditulisnya dan mendapatkanpredikat sebagai buku best-seller, yaitu Emotional Intelligence. Konsepyang dihadirkan tersebar luas serta menjadi judul utama pada sampul1Laurence E. Shapiro, Mengajarkan Emosional Inteligensi pada Anak, terj. Alex TriKantjono (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), cet. IV, hal. 5.2Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 Kritik MI, EI, SQ, AQ, dan SuccessfulIntelligence Atas IQ (Bandung: Alfabeta, 2005), hal. 164.1

2majalah Time dan menjadi pokok pembicaraan di kelas-kelas hingga diruang-ruang rapat.3Dengan adanya konsep kecerdasan Emosional yang ditawarkandalam dunia psikologi, seperti ada sebuah pintu yang tadinya terkuncirapat menjadi terbuka. Sehingga psikologi saat ini dapat memetakanperasaan manusia, sebagai jiwa manusia yang tidak rasional. Atas dasaritulah Goleman memandang kecerdasan emosional sebagai pengantarperjalanan dalam menempuh wawasan ilmiah menuju kepada wilayahemosi, yaitu perjalanan menuju pada pemahaman yang lebih mendalamtentang saat-saat yang membingungkan hidup dan dunia di sekitarnya.4Merujuk pada perjalanan menuju kepada pemahaman yang lebihmendalam tentang saat-saat yang membingungkan hidup dan dunia disekitarnya,yaitu saat-saatketika perasaanmampu mengalahkanrasionalitas. Sebagaimana contoh penggambarannya melalui sebuah cerita.Matilda Crabtree yang berusia empat belas tahun hanya bermaksud untukmenggoda ayahnya dengan melompati keluar dari lemari dan berteriak“Hii!” sewaktu orangtuanya tiba di rumah pada pagi hari setelahmengunjungi teman-temannya. Akan tetapi, ayah dan ibunya mengiraMatilda menginap bersama teman-temannya malam itu. Sewaktumendengar bunyi-bunyian yang mencurigakan, ayahnya mengambil pistolkaliber 0,357 miliknya, kemudian masuk ke kamar tidur milik Matilda3Laurence E. Shapiro, Mengajarkan Emosional Inteligensi pada Anak, terj. Alex TriKantjono, hal. 5.4Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Abad 21 Kritik MI, EI, SQ, AQ, dan SuccessfulIntelligence Atas IQ, hal. 164-165.

3untuk menyelidiki. Ketika Matilda melompat dari lemari, ayahnya yangtidak mengetahui jika itu Matilda menembaknya ke arah leher. Alhasil,Matilda meninggal dua belas jam kemudian.5Adapun kisah serupa yang digambarkan dalam buku karyaSuharsono yang diadaptasi dari cerita yang diungkapkan Daniel Goleman,ada seorang anak yang bernama Jason yang merupakan seorang siswakelas dua di SMU Cola Springs, Florida, Amerika serikat, yang memilikiimpian untuk memasuki fakultas kedokteran Universitas Harvard. Akantetapi, guru fisikanya yang bernama David Pologruto memberikan nilai 80atau B dalam tes fisika, karena tidak memperoleh nilai A, Jasonberpandangan nilai itu akan menghalangi impiannya. Suatu ketika Jasonbertengkar dengan gurunya itu, dalam pertengkaran tersebut Jasonmenusuk tulang selangka gurunya dengan menggunakan pisau dapur yangdibawanya. Setelah itu Jason kabur, dengan susah payah akhirnya Jasonpun tertangkap dan kasusnya dipersidangkan. Namun, dalam persidanganJason dinyatakan tidak bersalah dikarenakan pengakuan dari empatpsikolog yang bersumpah bahwa Jason saat melakukan penusukan dalamkondisi gila. Jason pun bebas dari hukuman, meski pun David Pologrutomengatakan,”Saya rasa ia betul-betul mencoba membunuh saya denganpisau itu karena ia amat marah atas nilai tersebut.” Setelah bebas Jason5Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ, terj.T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), cet. XI, hal. 5.

4pindah ke SMU swasta dan lulus dalam kurun waktu dua tahun denganpredikat juara kelas yang memperoleh nilai rata-rata A, bahkan A plus. 6Kedua cerita di atas menunjukkan adanya kecerdasan emosionalyang belum terlatih, sehingga masih terpedaya dalam bertindak sesuaidengan kondisi emosionalnya. Hal ini menunjukkan emosional yangdimunculkan melalui sebuah tindakan ataupun sikap seseorang dapatterbagi menjadi dua, yakni tingkah laku pelibatan diri (attachment) danpelepasan diri (withdrawal). Tingkah laku pelibatan diri merupakantingkah laku yang bertujuan bergerak maju untuk mempertahankansuasana yang menyenangkan ataupun menghadapi kenyataan kan, pelepasan diri merupakan tindakanstabilitasnya.yang dilakukan untukmelarikan diri dalam upayanya menghindari objek yang menimbulkanemosi.7Hal itu merujuk bahwa seluruh emosi yang dimiliki manusia padadasarnya merupakan dorongan untuk bertindak. Demikian merujuk padaakar kata, yakni “movere”, yang merupakan kata kerja Bahasa Latin darimenggerakkan maupun bergerak, ditambah dengan awalan “e-” untukmemberikan arti “bergerak menjauh”, sehingga menyiratakan bahwakecenderungan bertindak merupakan bagian mutlak pada emosi.86Suharsono, Melejitkan IQ, IE & IS (Jakarta: Inisiasi Press, 2001), hal. 105-106.M. Darwis Hude, Emosi Penjelajahan Religio-Psikologis tentang Emosi Manusia didalam Alquran (Jakarta: Erlangga, 2006), hal. 52.8Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting daripada IQ, terj.T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001), cet. XI, hal.7.7

ngaruhi kehidupan manusia ketika dalam mengambil suatukeputusan. Hal ini tentu tidak jarang suatu keputusan yang diambil hanyadari sudut emosional tanpa ada kolaborasi dengan akal rasional yang padaakhirnya menghasilkan keputusan yang terkesan kurang bijak. Oleh karenaitu, dalam hal ini penulis mencoba melihat sisi terdalam dari konsepkecerdasan emosional yang ditawarkan oleh Daniel Goleman, sehinggasetelah memahami konsep yang ditawarkan oleh Daniel Goleman ggadapatmengekspresikan secara tepat dan efektif dalam kehidupannya.B. Definisi OperasionalUntuk memperjelas judul pada proposal skripsi ini, perlu adanyauraian dari beberapa kata kunci (keyword), yang bertujuan dapat dijadikanlangkah awal untuk memahami uraian lanjut, serta menghilangkankesalahpahaman dalam memberikan pandangan pada kajian ini.Pertama, Pemikiran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesiapemikiran berarti cara, proses, perbuatan yang memikir, maupunpemecahan.9 Pemikiran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penulismemaparkan pemikiran dari Daniel Goleman yang melingkupi hasilaktifitas berpikir yang dilakukan olehnya mengenai gagasan tentangkecerdasan emosional. Kemudian oleh penulis digabungkan menggunakan9Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Depertemen Pendidikan danKebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), cet. IV, hal. 682.

6kata tentang yang pada kamus besar bahasa Indonesia memiliki arti halataupun perihal, terhadap, maupun mengenai.10Jadi, Pemikiran yang dimaksud oleh penulis dalam penelitian iniyaitu Gagasan-gagasan dari Daniel Goleman yang dituangkan melaluihasil karya, baik itu berupa buku, jurnal, artikel, karya ilmiah, maupun halhal lain yang memiliki keterkaitan terhadap tema mengenai kecerdasanemosional.Kedua, Kecerdasan Emosional Daniel Goleman. Daniel rujukpadakemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,kemampuan memotivasi diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosidengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.”11Jadi, kecerdasan emosional Daniel Goleman yang dimaksud olehpenulis dalam penelitian ini adalah konsep yang di gagas oleh DanielGoleman mengenai kecerdasan emosional.C. Rumusan MasalahStudi pemikiran Daniel Goleman mengenai konsep kecerdasanemosional merupakan bahan pembahasan yang cukup menarik danberalasan untuk dibahas. Adapun rumusan masalah yang hendak ditelusuridalam penelitian ini, antara lain: Bagaimana struktur konseptual darikecerdasan emosional yang diperkenalkan oleh Daniel Goleman?10Ibid., hal. 930-931.Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia PustakaUtama, 2005), cet. XIV, hal. xiii.11

7Bagaimana kritik konseptual dari kecerdasan emosional yang digagas olehDaniel Goleman?D. Tujuan dan Manfaat PenelitianSearah dengan rumusan masalah di atas, tujuan adanya penelitianini, yaitu untuk dapat mendeskripsikan maupun menggambarkan tentangpemikiran Daniel Goleman tentang kecerdasan emosional.Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu secara teoritispeneliti berharap penelitian ini dapat menambah deret khazanah ilmupengetahuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosional. Secarapraktis penelitian ini diharapkan mampu dijadikan bahan pertimbanganbagi masyarakat pada umumnya dan kalangan akademisi pada khususnyauntuk lebih dalam memahami tentang kecerdasan emosional dari DanielGoleman serta menawarkan langkah-langkah alternatif yang dapatdiaplikasikan dalam proses menuju pembentukan pribadi yang cerdassecara emosional.E. Kajian PustakaUntuk mendukung pengkajian yang lebih komprehensif. Setelahdiungkapkan pada latar belakang masalah, maka penulis akan berusahamelakukan kajian awal terhadap pustaka ataupun hasil-hasil karya yangmemiliki relevansi topik atau tema yang diteliti.Sejauh pencarian kajian pustaka yang diperoleh, penulis hanyamendapati penelitian yang mengembangkan aspek dari kecerdasanemosional Daniel Goleman, antara lain:

8Pertama, skripsi yang berjudul “Peran Kecerdasan EmosiDa’i Dalam Perspektif Psikologi Dakwah” karya Esti Yusriyahmahasiswa STAIN Purwokerto Program Studi KPI. 12 Dalamskripsitersebutmengungkapkanmembutuhkan kecerdasan emosibahwaseorangDa’idalam dirinya agar saatmenghadapi Mad’u (objek dakwah), Da’i dapat memposisikandirinya dengan merasakan apa yang dirasakan oleh Mad’usehingga pesan dakwah yang diberikan tidak hanya berfungsisebagai bahan telinga saja tetapi dapat menyentuh dari sisi yangterdalam diri Kepemimpinan dan Persepsi Kecerdasan Emosional Pegawaiterhadap Persepsi Kinerja Pegawai Sekretariat JenderalDewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia” karya Hikmahmahasiswa Universitas Indonesia program Studi Ilmu administrasiKekhususan Administrasi Pengembangan Sumber Daya Manusia.13Dalam tesis tersebut penulis mengungkapkan bahwa kecerdasanemosional merupakan faktor internal dari setiap individu. Padakonteks pekerjaan kecerdasan emosional dapat diperlihatkanmelalui kemampuan yang dimiliki seseorang untuk dapatmenyadari apa yang dia maupun orang lain rasakan. Kesadaran ini12Esti Yusriyah, Peran Kecerdasan Emosi Da’i Dalam Perspektif Psikologi Dakwah(Purwokerto: Skripsi STAIN Purwokerto, 2006).13Hikmah, Pengaruh Persepsi Kepemimpinan dan Persepsi Kecerdasan EmosionalPegawai terhadap Persepsi Kinerja Pegawai Sekretariat Jenderal Dewan Perwakilan RakyatRepublik Indonesia (Jakarta: Tesis Universitas Indonesia, 2004).

9selanjutnya akan dapat menumbuhkan bentuk kerjasama dansinergi yang dapat meningkatkan kinerja organisasi secara lebihluas. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mempelajarimenganai adanya pengaruh kepemimpinan dan nayangdipersepsikan oleh pegawai di lingkungan Sekretariat JenderalDPR RI, khususnya pada Biro Administrasi dan Kepegawaian.Dari penelitian yang dilakukan terdapat pengaruh yang positifsignifikan antara persepsi tentang kepemimpinan terhadap persepsitentang kinerja pegawai, pengaruh yang positif signifikan antarapersepsi tentang kecerdasan emosional pegawai terhadap persepsitentang kinerja pegawai, serta pengaruh yang positif signifikanantara persepsi tentang kepemimpinan dan persepsi tentangkecerdasan emosional pegawai terhadap persepsi tentang kinerjapegawai.Ketiga, buku yang berjudul “Meledakkan IESQ denganLangkah Takwa dan Tawakal” karya Mas Udik Abdullah.14Dalam buku tersebut menguraikan keterkaitan antara IQ, EQ,maupun SQ dan menyampaikan bagaimana usaha-usaha yangdapat dilakukan guna mengembangkan kecerdasan (IESQ). Selainitu, pembaca akan dibawa untuk membangkitkan semangat untukdapat melangkah, membuat manajemen menuju kesuksesan14Mas Udik Abdullah, Meledakkan IESQ dengan Takwa dan Tawakal (Jakarta: ZikrulHakim, 2005).

10program dalam meningkatkan keimanan sehingga menjadi muslimyang berkualitas.Keempat, buku yang berjudul “Cara-Cara EfektifMengasuh Anak dengan EQ: Mengapa Penting MembinaDisiplin Diri, Tanggung Jawab, dan Kesehatan EmosionalAnak-Anak pada Masa Kini” karya Maurice J. Elias, Steven E.Tobias, dan Brian S. Friedlander.15 Dalam buku tersebutmenawarkan bagi pembacanya berbagai saran, cara, kiat, maupunstrategi yang praktis, sehingga dapat diaplikasikan secara langsungdalam kehidupan keluarga baik untuk mengatasi masalah yanglebih umum dengan senantiasa melibatkan emosi anak-anakdengan cara yang lebihmembangun. Selain itu, diberikan pulabebrapa permainan yang dapat diaplikasikan bersama keluargayang akan membantu anak-anak untuk meningkatkan kecerdasanemosinya.Kelima, buku yang berjudul “Kecerdasan EmosionalKepemimpinan Kepala Sekolah” karya Rohiat.16 Dalam bukutersebutpenulis menjelaskan dalam usaha meningkatkankontribusi kinerja kepala sekolah sebagai pengelola, dapatdidukung dengan adanya kecerdasan emosional yang dapat15Maurice J. Elias, Steven E. Tobias, dan Brian S. Friedlander, Cara-Cara EfektifMengasuh Anak dengan EQ: Mengapa Penting Membina Disiplin Diri, Tanggung Jawab, danKesehatan Emosional Anak-Anak pada Masa Kini, Terj. M. Jauharul Fuad (Bandung: Kaifa,2003), cet. VI.16Rohiat, Kecerdasan Emosional Kepemimpinan Kepala Sekolah (Bandung: PT RefikaAditama, 2008).

11dimiliki. Hal ini sangat urgen di mana kecerdasan emosional jikadigunakan oleh kepala sekolah, maka kepala sekolah memilikikemampuan dalam memahami, merasakan, dan secara efektifmenerapkan daya dan kepekaan emosi sebagi sumber energi,informasi, koneksi, maupun pengaruh yang manusiawi.Keenam, buku yang berjudul “Keajaiban Emosi manusiaQuantum Emotion for Smart Life” karya Roger Fisher danDaniel Shapiro.17 Dalam buku tersebutpenulis menawarkanpembaca untuk mempelajari secara mendalam strategi untukmembangkitkan emosi-emosi positif dan menangani emosi-emosinegatif yang dapat dimanfaatkan dalam segala kepentingan apapun,mulai dari hal yang bersifat pribadi hingga penerapan dalam bidangbisnis yang melibatkan adanya negosiasi.Ketujuh, Buku yang berjudul “Kiat-Kiat MembesarkanAnak yang Memiliki Kecerdasan Emosional” karya JohnGottman dan Joan DeClaire.18 Buku tersebut memberikan petunjukbagi pembacanya untuk dapat mengajarkan pada anak untuk dapatmemahami dan mengatur dunia emosinya, sehingga anak dapatmengelola emosi serta mampu mengatasi krisis emosi yang terjadipada pribadinya.17Roger Fisher dan Daniel Shapiro, Keajaiban Emosi manusia Quantum Emotion for SmartLife, terj. Agus CH (Yogyakarta: Think, 2008).18John Gottman dan Joan DeClaire, Kiat-Kiat Membesarkan Anak yang MemilikiKecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003) cet. VI.

12Kedelapan, buku yang berjudul “Mengajarkan EmotionalIntellegence pada Anak” karya Lawrence E. Saphiro.19 Dalambuku tersebut pembaca diberikan saran-saran yang praktis danmudah untuk diaplikasikan untuk mengajarkan pada anak untukdapat membina persahabatan, bekerja dalam kelompok, berbicaradan mendengarkan secara efektif, mencapai prestasi yang lebihtinggi, mengatasi masalah teman yang nakal, berempati padasesama, memecahkan masalah, mengatasi konflik, membangkitkansense of humor, memotifasi diri bila mengalami kesulitan, sertamemanfaatkan komputer untuk dapat meningkatkan ngkanParadigmaKecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual dalamPendidikan di Perguruan Tinggi dengan Berguru pada Plato”karya Paul Budi Kleden dalam buku yang berjudul “Seri BukuVox Mengenang 70 Tahun Seminari Tinggi Ledalero”.20Padatulisan dalam buku tersebut penulis mengutarakan pribadi yangmatang secara intelektual merupakan pribadi yang berusahabertanya maupun bertanggungjawabkan secara rasional apa yangtelah ditangkapnya dari kehidupan emosionalnya maupun apa yangtelah dikatakan oleh perasaan religiusnya. Diri yang matang secara19Laurence E. Shapiro, Mengajarkan Emosional Inteligensi pada Anak, terj. Alex TriKantjono (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2001).20Paul Budi Kleden, “Mengembangkan Paradigma Kecerdasan Intelektual, Emosional, danSpiritual dalam Pendidikan di Perguruan Tinggi dengan Berguru pada Plato”, Seri Buku VoxMengenang 70 Tahun Seminari Tinggi Ledalero, (Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah, 2006).

13emosional merupakan diri yang memasukkan aspek kecerdasan endalikan emosinya untuk sebuah tujuan yang baik yangdikenal pada pergumulan intelektual dan dibenarkan dalam tradisispritualnya. Sedangkan, pribadi yang matang secara spiritualmerupakan pribadi yang mampu mengkomunikasikan maupunmempertanggungjawabkan imannya pada bahasa yang mudahdimengerti maupun mewujudkannya tidakan yang konkret.Dari pengamatan penulis, masih jarang yang meneliti tentangpemikiran Daniel Goleman tentang kecerdasan emosional secara lebihkomprehensif. Oleh karena itu, penulis lebih menitikberatkan padapemikiran Daniel Goleman tentang Kecerdasan Emosional.F. Metode PenelitianMetode penelitian merupakan cara kerja yang harus dilakukandengan tujuan pendalaman pada objek yang dikaji.21 Searah denganrumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka pada penelitian inimenggunakan:Metode Penelitian. Metode yang digunakan pada penelitian iniadalah kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yangdilakukan dalam upaya untuk memahami fenomena tentang hal apa yangdialami oleh subjek penelitian, mislanya mengenai perilaku, persepsi,tindakan, motivasi, dan lain sebagainya, secara menyelu

memberikan definisi bahwa k. ecerdasan . kmosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri maupun orang lain, kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengelola emosi baik pada diri sendiri maupun dalam hubungan dengan orang lain. Konsep Goleman memiliki titik fokus pada penerapan kecerdasan emosional yang