
Transcription
Modul 1Pengantar Teori EkonomiPembangunanIr. Taryono, M.Si.PE N D AHUL U ANEkonomi pembangunan menjadi hal yang penting sejak disadari adanyaketimpangan perkembangan ekonomi yang besar antara negara-negaramaju dengan negara berkembang. Analisis mengenai ekonomi pembangunandilakukan setelah Perang Dunia II, di mana sebagian besar perhatian ekonomdifokuskan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya ketimpanganketimpangan tersebut.Dalam Mazhab Klasik, pemikiran dan telaahan tentang ekonomi padaumumnya didasarkan pada kondisi ruang dan waktu di negara-negara yangmemiliki struktur ekonomi yang jelas dengan cakupan pertumbuhan danperangkat kelembagaannya. Perekonomian suatu daerah/negara dianggapmaju jika sudah mempunyai lembaga permodalan (bank dan non-bank) yangmapan, mekanisme pasar yang transparan, tidak ada ketimpangan modalantardaerah, dan masalah ketenagakerjaan yang telah berjalan dengan baik.Dengan demikian, konsentrasi mazhab ini hanya difokuskan pada bagaimanameningkatkan pertumbuhan ekonomi.Bertitik tolak dari struktur ekonomi tersebut, maka sebagian negara adayang dikelompokkan ke dalam kapitalis agraris dan sebagian lainnya sebagaikapitalis industrial. Menurut Djojohadikusumo (1994), proses evolusi kapitalperekonomian suatu negara diawali dengan kapitalisme agraris, kemudianmenjadi kapitalisme komersial dan pada akhirnya sebagai kapitalismeindustri. Oleh karena itu, perhatian para ekonom mazhab klasikmemfokuskan diri pada pencarian atau identifikasi cara dan teknikpemanfaatan input produksi penting untuk mendukung percepatan prosespertumbuhan ekonomi. Dalam kajian Mazhab Klasik, kelompok negaranegara kapitalis industri (Eropa Barat dan Amerika Serikat) keadaannya jauh
1.2Ekonomi Pembangunan Perikanan lebih maju dibandingkan dengan kelompok negara kapitalis agraris dimanapada umumnya merupakan negara-negara bekas jajahan.Proses negara kapitalis agraris menuju keadaan yang lebih majukemudian dikenal dengan sebutan development, yang berarti “pembangunan”atau sering pula disebut dengan istilah “perkembangan”. Menurut MazhabKlasik, suatu negara dikatakan berkembang apabila negara tersebut telahmelampaui masa evolusi kapital dari agraris menjadi industrialis. Dalamterminologinya, kelompok negara yang telah berkembang ini kemudiandikenal sebagai kelompok negara maju (developed country). Namundemikian, indikator yang dipakai untuk menilai apakah suatu negaradikatakan telah berkembang atau belum adalah dilihat dari pertumbuhanekonominya. Pembahasan lebih detail tentang adanya pengelompokan negaraberdasarkan pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam buku karangan Hessdan Ross (1997) yang berjudul Economic Development Theories, Evidenceand Policies.Berdasarkan konsep yang ada tersebut, terminologi untuk penyebutannegara di luar developed countries (negara-negara maju) adalah lessdeveloped countries (LDC’s) atau developing countries (negera-negaraberkembang atau belum maju). Berdasarkan analisis ekonomi terhadapnegara-negara LDC’s menunjukkan, bahwa kondisi ’belum maju’ ternyatatidak hanya mencakup tuntutan perlunya meningkatkan pertumbuhanekonomi, melainkan juga menyangkut permasalahan kekurangan pangan,kemiskinan, serta keterbatasan sumber daya. Hal ini berarti bahwaperumusan konsep ekonomi pembangunan yang diperlukan tidak hanyadifokuskan pada masalah pertumbuhan ekonomi, melainkan juga harusmengakomodir masalah-masalah lain yang mencirikan ketertinggalan negaranegara yang belum maju atau sedang berkembang tersebut.Sejalan dengan kepentingan, perkembangan teori dan aplikasinya,ekonomi pembangunan tumbuh sebagai cabang ilmu tersendiri dalam ranahilmu ekonomi. Seiring dengan berakhirnya perang dunia ke-2, muncul lahsejumlah isu penting yang mendorong berkembangnya model danmetodologi ekonomi pembangunan (Blackman, et. al., 2004). Sebagai sebuahbidang keilmuan yang relatif masih baru, alat analisis dalam kajian ekonomipembangunan diadopsi atau merujuk pada berbagai jenis alatanalisis dari cabang kajian lain dalam ranah ilmu ekonomi, misalnyaperdagangan, ekonomi pertanian, serta organisasi industri.
MMPI5204/MODUL 11.3Di awal perkembangannya, titik berat analisis ekonomi pembangunanmerupakan aplikasi teori ekonomi untuk menjelaskan permasalahanpembangunan, khususnya pembangunan negara dunia ketiga. Dengan katalain, pada saat itu fokus kajian ekonomi pembangunan (developmenteconomics) adalah pembangunan ekonomi (economic development) padanegara-negara LCD’s (negara-negara dunia ketiga). Dari analisis terhadapnegara-negara tersebut yang selanjutnya memberikan kontribusi besar padaperkembangan teori ekonomi pembangunan.Teori dasar dari analisis tersebut menyatakan, bahwa keberhasilanpembangunan ekonomi tidak semata-mata dipengaruhi oleh pilihan modelekonomi dan model pembangunan yang diterapkannya, melainkandipengaruhi pula oleh adanya karakteristik yang khas di setiap wilayah ataunegara yang dapat mempengaruhi keberhasilan pembangunan ekonominya.Secara umum dapat dikatakan, bahwa teori ekonomi pembangunanmerupakan acuan ilmiah yang digunakan untuk menjelaskan fenomenakegagalan dan keberhasilan pembangunan ekonomi di negara-negara yangsedang membangun. Contoh-contoh mengenai hal ini dapat ditemukan padaberbagai literatur ekonomi pembangunan, di mana umumnya merujuk padakasus-kasus pembangunan ekonomi di negara-negara Afrika, Amerika Latin,kepulauan Karibia maupun Asia.Setelah mempelajari Modul 1 ini, Anda diharapkan akan memiliki duakemampuan sebagai berikut.1. Secara umum, Anda akan mampu untuk:a. menguraikan apa yang dimaksud dengan teori ekonomipembangunan;b. menjelaskan perkembangan sejarah teori ekonomi pembangunan;c. menjelaskan terminologi teori ekonomi pembangunan yang umumdigunakan dalam pendekatan pembangunan suatu negara.2. Secara khusus, Anda mampu untuk:a. menjelaskan pendekatan-pendekatan yang dipakai dalam teoriekonomi pembangunan;b. menguraikan teori-teori dasar yang dicetuskan oleh beberapa pakarekonomi pembangunan;c. menjelaskan kelebihan dan kekurangan serta perbedaan mendasardari teori-teori yang ada.
1.4Ekonomi Pembangunan Perikanan Kegiatan Belajar 1Perkembangan Teori EkonomiPembangunanKarena kekhasan dalam pengaplikasiannya, sebagaimana telahdiuraikan dalam pendahuluan, harus diakui bahwa sejauh inipemahaman mengenai teori ekonomi pembangunan masih beragam. Artinya,belum ada pemahaman universal tentang ekonomi pembangunan sepertihalnya pada teori ekonomi mikro maupun ekonomi makro, di mana konsep,definisi baku, dan pola analisisnya yang seragam telah disepakati secara luas.Arsyad (1993) menyatakan, bahwa belum diterimanya teori ekonomipembangunan secara luas dan baku dikarenakan luasnya cakupan analisis.Objek analisis pembangunan ekonomi merupakan suatu kajian konsep yangsangat luas. Oleh karena beragamnya pemahaman tentang ekonomipembangunan tersebut, Hess dan Ross (1997) menyatakan bahwapembangunan ekonomi merupakan satu konsep yang rumit untukdidefinisikan dan diukur dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi semata.Terlepas dari kontroversi pemahaman tentang teori ekonomipembangunan, suatu hal yang pasti bahwa komponen pokok dalam analisisekonomi pembangunan mencakup indikator-indikator pertumbuhan ekonomi,kemiskinan, pembentukan modal, pengerahan tabungan, serta bantuan luarnegeri. Secara terperinci, Blackman et al. (2004) mengelompokkan materimateri dalam kajian ekonomi pembangunan ini ke dalam delapan aspekpokok, yaitu:1. peran pemerintah,2. pertumbuhan (ekonomi),3. perdagangan dan industrialisasi,4. hubungan antara negara miskin dan negara kaya (bantuan, perdagangandan utang),5. penyesuaian struktur dan stabilisasi,6. perubahan penduduk,7. perkembangan ekonomi, serta8. tujuan dan strategi pembangunan.
MMPI5204/MODUL 11.5Hess dan Ross (1997) menyatakan bahwa pembangunan ekonomimempunyai dimensi kualitatif. Oleh karena itu, pembangunan ekonomimemerlukan perubahan struktur yang mendasar, yaitu meliputi usahapengurangan kemiskinan dan penyebaran manfaat dari adanya makanan,kesehatan, pendidikan, dan peningkatan taraf hidup. Berdasarkan pendapattersebut, dapat dikatakan bahwa pembangunan ekonomi juga merupakanusaha untuk mengubah ekonomi yang miskin, stagnan, dan primer-agrarismenjadi ekonomi berkembang yang berbasis pada kehidupan perkotaan(urban), yang mampu bertahan secara berkesinambungan. Berdasarkanpendapat-pendapat Hess dan Ross (1997) serta Blackman et a.l (2001) dapatdikatakan bahwa keberhasilan pembangunan ekonomi dapat diindikasikanoleh adanya difusi pertumbuhan ekonomi dan pengembangan ekonomi. Olehkarena itu, konsep ini secara tegas membedakan konsep pertumbuhan danpembangunan ekonomi. Uraian lebih detail tentang kedua konsep tersebutakan dibahas pada modul-modul berikutnya.Seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa cakupan analisis dalam teoriekonomi pembangunan meliputi pokok-pokok pikiran yang luas dan secarailmiah (scientific) belum terdapat kesepakatan umum tentang alat analisisbakunya. Menurut Djojohadikusumo (1994), bentuk-bentuk pendekatanteoretis ekonomi pembangunan dikelompokkan atas dasar titik berat analisisdan alat analisis yang digunakan, yaitu :1.2.3.4.Pendekatan sosial budaya, pendekatan Neo-Marxis, dan Aliran“Dependencia”.Pendekatan Strukturalis.a. Model Lewi.b. Strategi Pembangunan Berimbang.c. Strategi Pembangunan Berdasar Sasaran Selektif.Pendekatan Dualisme Tekno-Ekonomi.Ekonomi Internasional.Dalam modul ini hanya sebagian dari pendekatan tersebut yang akandibahas secara lebih mendalam dibanding pendekatan lainnya. Beberapapendekatan tersebut, di antaranya, adalah:
1.6Ekonomi Pembangunan Perikanan A. PENDEKATAN SOSIAL BUDAYAPendekatan ini, kerangka analisisnya dikembangkan berdasarkan padakajian-kajian bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan sosial-psikologi,khususnya mengenai tata sosial budaya dan perilaku masyarakat. Dalamkajiannya, pendekatan ini menempatkan permasalahan tata sosial budayamasyarakat sebagai isu atau dimensi analisis yang lebih penting dan dominandibanding dengan perilaku ekonomi masyarakat itu sendiri. Empat tokohpemikir penting penganut pendekatan ini adalah Hagen, Boeke, Geertz danHoselitz. Berikut ini dijelaskan teori-teori pendekatan yang dikembangkanoleh keempat pemikir tersebut.1.Teori Perubahan Sosial HagenTeori ini pertama kali dikembangkan oleh Everette E. Hagen. Dalamgagasannya, Hagen menyebutkan bahwa faktor kekuatan yang paling pentinguntuk menggerakkan masyarakat negara berkembang adalah pada perubahantata sosial budayanya. Kemajuan ekonomi merupakan fungsi dari perubahankombinasi tiga bidang dalam kehidupan masyarakat, yaitu sosiologis,antropologis, dan psikologis. Perubahan sosial masyarakat menjadi faktoryang mempengaruhi dinamika perekonomian masyarakat yang otonom danberpengaruh secara dominan. Jadi, kemajuan ekonomi akan tercapai apabilaterjadi perubahan struktur internal di dalam masyarakat. Struktur tersebut,misalnya adalah masalah perilaku, kelembagaan dan kebiasaan masyarakat.2.Teori Dualisme BoekeTeori dualisme dikembangkan pertama kali oleh pemikir berkebangsaanBelanda, yaitu J.H. Boeke, yang mencermati pada negara-negara bekasjajahan negaranya, khususnya Indonesia. Ia melihat, bahwa nilai-nilai sosialbudaya menjadi unsur yang secara absolut mempengaruhi prosespembangunan. Menurut Boeke, apabila masyarakat terlalu terpaku pada tatasosial budaya yang ada, maka usaha menggerakkan stagnasi ekonomi tidakakan berhasil. Pengamatan Boeke sejauh ini menunjukkan bahwa tata sosialbudaya masyarakat negara berkembang (terutama Indonesia) masih bersifattidak rasional dan kaku sehingga sulit untuk mengikuti perkembangan pola/irama perekonomian modern dengan bentuk kelembagaan usaha yang praktisdan dinamis. Kondisi ini tampak terkait dengan dualisme yang berkembang
MMPI5204/MODUL 11.7di kalangan masyarakat negara-negara berkembang dalam menggerakkanperekonomiannya.Dualisme yang dimaksud oleh Boeke adalah menyangkut cara pandangterhadap kesesuaian antara budaya luar dan budaya lokal. Sebagianmasyarakat memandang bahwa benturan antara budaya luar (bersumber daribarat) dengan budaya lokal (penduduk asli/pribumi) dianggap tidak bisaberubah (permanen), tidak dapat dihindari dan benturan ini pada akhirnyadianggap yang mengakibatkan terjadinya disintegrasi oleh masyarakattradisional setempat.Teori ini membedakan antara kebutuhan yang bersifat ekonomis dankebutuhan yang bersifat sosial. Menurut Boeke, pola pemenuhan kebutuhanmasyarakat barat didasarkan pada pertimbangan ekonomi rasional(pertimbangan ekonomis). Sebaliknya pemenuhan kebutuhan masyarakat dinegara-negara bekas jajahan, didasarkan pada kebutuhan non-ekonomis, yangumumnya adalah untuk mempertahankan gengsi (prestige) di matamasyarakat sosialnya.Menurut Teori Dualisme Boeke, penawaran (pasok) produk barang tidakresponsif terhadap tarikan harga. Bahkan sebaliknya karena pasok barangtersebut tidak bermotif menambah laba (profit motivated) maka kenaikanharga tidak menjadi insentif bagi masyarakat pribumi untuk meningkatkanpasokan. Demikian pula halnya dalam masalah pasokan tenaga kerja. Kurvasuplai tenaga kerja bukan lurus ke kanan atas, melainkan akan membalik kekiri pada titik tertentu sejalan dengan meningkatnya upah atau dikenalsebagai backward banding supply curve of labor. Dari sini Boeke menilai,bahwa gejala ini mengindikasikan adanya kelompok pemalas.Pemaparan di atas menunjukkan bahwa dasar analisis dalam TeoriDualisme Boeke adalah serangkaian dasar tata nilai masyarakat negaraberkembang, yang tidak mendukung untuk perbaikan ekonomi. Berdasarkankeyakinannya tentang tata nilai masyarakat negara berkembang, Boekeberpendapat bahwa yang terbaik adalah membiarkan masyarakat tersebutseperti apa adanya (just leave it alone) dan membiarkan mereka untukberpikir luhur, tetapi tetap miskin (high thinking and plain living).Pendapat Boeke ini mendapat kritikan dari Djojohadikusumo (1994).Djojohadikusumo menganggap teori Boeke mengandung kesalahanfundamental. Kelemahan atau kesalahan fundamental tersebut terletak padakerangka teoretis-analitis dan sejumlah pangkal dalil, yang menurutDjojohadikusumo tidak sesuai dengan bukti empiris sepanjang waktu. Dalam
1.8Ekonomi Pembangunan Perikanan kerangka teoretis analitis, teori dualisme mendasarkan pada asumsi bahwakebutuhan masyarakat timur adalah terbatas; konsep kebutuhan danpermintaan efektif sebagai cerminan daya beli ril tidak terakomodasikandalam teori ini. Menurut Dojohadikusumo, rendahnya permintaan efektifmasyarakat negara berkembang disebabkan oleh rendahnya daya beli rilsebagai akibat dari rendahnya tingkat pendapatan. Tegasnya, rendahnyapermintaan efektif bukan karena kebutuhan masyarakat yang terbatas dantidak adanya keinginan dan keperluan untuk meningkatkan kebutuhannya,sebagaimana diasumsikan oleh Boeke.Sementara itu, terkait dengan sangkaan tidak adanya motive profit, surveidi daerah-daerah Indonesia menunjukkan bahwa telah terjadi proses investasiuntuk meningkatkan kapasitas dan kualitas produksi di daerah-daerahpertanian. Kesimpulan yang mematahkan pendekatan Boeke adalah bahwaternyata investasi tersebut merupakan proses re-investasi dari keuntunganyang didapatkan dalam usaha tersebut. Jadi, secara umum, teori dualismeBoeke, tidak dapat diterima kebenarannya berdasarkan dasar teoretis analisisdan bukti empiris sebagaimana yang telah dikemukakan olehDjojohadikusumo (1994).3.Teori Involusi GeertzClifford Geertz adalah orang yang kemudian mengembangkan kerangkapemikiran Boeke, khususnya tentang konsep expansion static. Dalam TeoriDualisme, Boeke menyatakan adanya konsep expansion static, yaitu suatukondisi kegiatan perekonomian yang berkembang (expansion), tetapi hanyadisebabkan oleh adanya pertambahan penduduk. Pertambahan penduduk,akan mendorong bertambahnya permintaan, akan tetapi pola produksi danperekonomiannya masih tetap sama (statis). Walaupun secara absolut hasilproduksi bertambah, namun peningkatan tersebut kemudian terserap lagi olehpertambahan penduduk. Dengan demikian, pendapatan per-kapita penduduktetap, bahkan cenderung turun apabila pertambahan nilai output produksilebih rendah dari pertambahan penduduk. Fenomena inilah yang oleh Geertzdisebut sebagai proses involusi (kebalikan dari evolusi) dalam hal ini involusipertanian (agriculture involution). Geertz menunjuk, bahwa pranata sosialbudaya yang kaku sebagai faktor penyebabnya. Situasi seperti itu cenderungmengarah pada apa yang disebut sebagai kemiskinan bersama (sharedpoverty).
MMPI5204/MODUL 11.9Analisis dari ketiga pemikir tersebut di atas pada umumnya didasarkanpada asumsi bahwa seolah-olah kegiatan perekonomian negara-negaraberkembang dipengaruhi hanya oleh pranata sosial budaya yang inheren danmelekat secara permanen pada masyarakatnya. Namun, tidak pernahdianalisis, bagaimana proses dan hasil interaksi antara faktor sosial, ekonomi,dan politiknya. Padahal kenyataannya ketiganya bersifat dinamis dan selaluberubah-ubah.4.Teori Perubahan Sosiologi dan Proses Pembangunan HoselitzBerbeda dengan analisis Hagen, Boeke, dan Geertz, Hoselitzmengembangkan teorinya pada analisis yang lebih berimbang antara faktorekonomi dan sosial budaya, serta proses interaksinya. Dalam hal ini, prosestransformasi ekonomi masyarakat dari satu sistem ekonomi (kapital agrarismenjadi kapital komersial, industri dan supra industri) dipandang sebagaiproses dinamika perubahan masyarakat. Jadi, dalam proses ini diasumsikanbahwa terdapat keterkaitan yang erat antara perubahan ekonomi danperubahan sosial masyarakat.Namun, terhadap konsep status kondisi sosial masyarakat, Hoselitzmasih membedakan antara tradisional dan rasional. Seperti pandanganpemikir-pemikir sebelumnya, kondisi sosial masyarakat tradisional menurutHoselitz merupakan kondisi masyarakat yang statis, kaku, dan tidakmendukung evolusi, keadaan sebaliknya terjadi pada masyarakat rasional.Perbedaan pandangan Hoselitz dengan pemahaman pemikir-pemikirpendahulunya, terletak pada keyakinannya bahwa kondisi masyarakattradisional bisa berubah. Hal itu merupakan fakta yang terjadi padakelompok-kelompok masyarakat mana pun di dunia. Untuk lebih memahami,Anda dapat membaca pembahasan pendekatan Kuznet tentang kondisinegara-negara Eropa Barat sebelum era pertumbuhan ekonomi, pada bagianModul lainnya.B. PENDEKATAN NEO-MARXIS DAN ALIRAN DEPENDENCIAPendekatan Neo-Marxis didasarkan pada ajaran Marxis tentang teorisurplus mengenai eksploitasi terhadap tenaga kerja (kaum buruh) dandialektika sebagai faktor dinamika perkembangan keadaan sosial masyarakat.Hal yang menonjol dalam teori ini adalah adanya konsep perjuangan kelas.Namun demikian, walaupun didasarkan pada ajaran Marxis, dalam
1.10Ekonomi Pembangunan Perikanan perjalanannya pendekatan Neo-Marxis berkembang sangat bervariasi, bahkankadangkala sangat jauh dari konsep awalnya.Djojohadikusumo (1994), menunjuk adanya ciri umum pada aliran-aliranNeo-Marxis, yaitu:1. gagasan dan pandangan terhadap dunia ketiga, termasuk kebijakan yangperlu diambil, bersifat sangat normatif;2. pola kebijakan, baik secara eksplisit maupun implisit menjurus padaevolusi radikal (revolusi);3. pesimisme untuk menyelesaikan masalah dunia ketiga, selama duniaketiga masih menjadi bagian (yang tertindas) dari sistem kapitalismedunia, sangat menonjol.Namun demikian, aliran ini memiliki kelemahan dalam analisisekonomi, bahkan kadang kala tidak terlihat. Pesimisme dan perjuangan kelassangat terlihat pada dogma kelompok ini, yang menganggap bahwa kondisikemakmuran yang terjadi pada negara-negara industri sekarang inimerupakan konsekuensi logis dari kelanjutan proses eksploitasi terhadapnegara-negara dunia ketiga (penjajahan, perdagangan internasional yangtidak adil) oleh negara-negara maju. Dikatakan bahwa sangat tidak mungkinbagi negara maju untuk mencapai kondisi sekarang ini tanpa ada pemerasanterhadap masyarakat dunia ketiga. Beberapa tokoh pemikir penting aliranNeo-Marxis dalam ekonomi pembangunan di antaranya adalah Paul Baran,A.G. Frank, F.H. Cardoso, E. Faletto, dan W.F. Wertheim.1.Teori Potential Surplus Paul BaranKarya ilmiah Paul Baran yang berjudul The Political Economy ofGrowth (1957) dianggap sebagai karya ilmiah yang paling bermutu di antarapemikir Marxis dan Neo-Marxis setelah Perang Dunia II. Baran, mengadopsipangkal teori Marxis dan menganalisis hubungan antara negara-negara majudan negara dunia ketiga. Berdasarkan anailisisnya, ia menyatakan bahwanegara-negara dunia ketiga telah terperangkap pada kapitalisme dunia. Olehkarena itu, negara-negara berkembang tidak mungkin mengejarketertinggalan oleh negara-negara maju, kecuali apabila merekamelaksanakan revolusi.Kesimpulan analisis Baran didasarkan pada konsep surplus potensial(Potential Surplus) dengan mengembangkan teori surplus Marx. Surpluspotensial dinyatakan sebagai selisih dari tingkat produksi yang seharusnya
MMPI5204/MODUL 11.11bisa dicapai dikurangi konsumsi esensial (riel) dalam masyarakat. Tingkatproduksi yang seharusnya (potential) dinyatakan sebagai pemanfaatansumber daya alam pada tingkat capaian ekonomi tertentu, dengan aplikasiteknologi tertentu serta penggunaan tenaga kerja penuh (full employment)serta dalam kapasitas produksi yang sudah terpasang.Menurut Baran terjadinya kapitalisme dunia negara-negara majumerupakan proses kelanjutan feodalisme di zaman pra-kapitalis. Kelompokfeodal Eropa Barat pada zaman tersebut melakukan penaklukan danpenjarahan terhadap masyarakat pra-kapitalis lain, serta memeras sumberdaya ekonominya secara terus-menerus sampai sekarang. Hasil tersebutmerupakan dasar bagi negara-negara tersebut untuk berkembang dan menjadinegara maju (negara kapitalis). Negara-negara dunia ketiga terjebak dalamkapitalisme dunia sebagai akibat dari kondisi tersebut.2.Aliran DependenciaAliran Dependencia, mengikuti gagasan Paul Baran. Aliran inimempertanyakan secara kritis, mengapa kapitalisme seperti di negara-negaraindustri tidak muncul di negara-negara dunia ketiga. Kapitalisme yangmuncul pada negara-negara tersebut adalah kapitalisme periferi/pinggiran(peripheral capitalism). Padahal kapitalisme menjadi prasyarat sebagai tahapawal (milestone) untuk memasuki masyarakat sosialis. Aliran Depencia inidapat dikelompokkan menjadi kelompok aliran kiri garis keras (radikal) yangdimotori oleh Gunder Frank dan kelompok aliran kiri reformis moderatyang digerakkan oleh Cardoso dan Faletto.Menurut aliran ini, yang dimaksud dependencia adalah ketergantunganrakyat di negara-negara dunia ketiga terhadap negara-negara kaya sebagaikonsekuensi logis dari pemerasan sistematis (imperialisme) yang berlangsungberabad-abad pada masa lalu. Pada sisi lain, kondisi ini terjadi juga karenakarakteristik perekonomian negara-negara berkembang yang seragamsehingga mengalami persaingan baik antarnegara berkembang sendirimaupun antara negara berkembang dengan negara maju.Gunder Frank menyatakan bahwa faktor utama penyebabketergantungan tersebut di atas adalah adanya aliansi feodalismeimperialisme yang sangat kuat efeknya. Aliansi tersebut melibatkankomponen yang berasal dari dalam maupun dari luar, yaitu:a. feodalisme lapisan atas dalam tubuh masyarakat negara berkembangsendiri, danb. kekuatan imperialisme kapitalis internasional negara-negara maju.
1.12Ekonomi Pembangunan Perikanan Keberadaan kekuatan ganda feodalisme-imperialisme tersebut sangattidak mendukung berlangsungnya transformasi gradual (evolusi) bagiperekonomian negara-negara dunia ketiga. Menurut Gunder Frank dankelompoknya, hal ini karena posisi negara-negara dunia ketiga yang selaluterjebak pada kapitalisme dunia. Untuk itu yang dibutuhkan oleh negaranegara dunia ketiga adalah pemutusan hubungan/keterkaitan mereka dengansistem kapitalisme dunia. Atas dasar kerasnya rekomendasi yang merekaberikan, garis pemikiran aliran ini dikenal sebagai garis pemikiran radikal.Sementara itu, Cardoso dan Faletto mengeluarkan gagasan yang dasaranalisisnya kurang lebih sejalan dengan Gunder Frank dan Paul Baran. Letakperbedaan pemikiran Cardoso dan Faletto dengan Gunder Frank dan PaulBaran berawal dari adanya bukti empiris yang menunjukkan bahwa prosesinvestasi yang dilakukan oleh perusahaan multinasional/ transnasional dinegara-negara dunia ketiga memungkinkan untuk terjadi industrialisasi meskitidak sehebat di negara-negara kapitalis inti. Dengan demikian, prosespembangunan akan terjadi meski ciri ketergantungan tetap ada. Jalan keluaryang direkomendasikan oleh kelompok ini adalah transformasi atausetidaknya reformasi. Dengan rekomendasi semacam itu, kelompok inidinilai lebih bersifat reformis moderat.3.Pendekatan Revolusi Sosiologis WertheimPendekatan sosiologis Wertheim menyetujui adanya ekspansi statis,teori Dualisme Boeke dan teori involusi Geertz yang menyebabkan stagnasiekonomi dengan seluruh asumsi faktor yang mempengaruhinya. MenurutWertheim satu-satunya jalan untuk mengatasi masalah tersebut adalahdengan revolusi radikal, tetapi bukan dengan bersenjata seperti disarankanAliran Dependencia. Sebagai alternatifnya, Wertheim menyarankandilakukannya gerakkan masa yang terstruktur dengan baik, yang dibekalidengan pendidikan intensif dan penyuluhan secara menyeluruh.Secara umum pemaparan tentang Neo-Marxis di atas menunjukkanbahwa pendekatan ini secara dogmatis juga terjebak pada hal yang mendasar,yaitu teori-analitisnya (Djojohadikusumo, 1994). Ini terjadi karena sejumlahprasyarat teori yang diambil sebagai dalil diasumsikan tidak berubah selamalamanya. Meskipun demikian, perkembangan terakhir menunjukkan bahwasecara perlahan telah terjadi pergeseran sehingga cara pandang neo-Marxissemakin menuju pada realitasnya.
MMPI5204/MODUL 11.13C. PENDEKATAN STRUKTURALISPada pendekatan strukturalis, pola analisis sudah dikembangkan dalamframe work (kerangka) yang lebih luas dengan mensintesiskan hubunganantara proses sosial (non-ekonomi) dan proses ekonomi. Terminologi kuncidalam pendekatan strukturalis adalah transisi dan transformasi. Olehkarenanya, pendekatan ini sering disebut sebagai pendekatan strukturalistransisi dan transformasi.Kelompok aliran ini berpendapat bahwa pembangunan memerlukanproses transisi, yaitu proses peralihan dari satu jenjang perekonomiansederhana menjadi perekonomian yang berkembang. Pada faktanya, prosestransisi (peralihan) juga merupakan proses perubahan penjelmaan(transformasi) dari satu keadaan perekonomian menjadi keadaanperekonomian lain. Sebagai contoh, apabila suatu ekonomi agrarismengalami transisi menjadi ekonomi industri maka sebenarnya juga terjadiperubahan keadaan perekonomian (pelaku, perangkat, peraturan dan karaktersosial masyarakat) dari orientasi agraris menjadi perekonomian berorientasiindustri. Dengan begitu, sebenarnya dalam proses pembangunan,perekonomian mengalami perubahan struktural yang melalui proses transisidan transformasi.Aliran ini menyatakan bahwa pembangunan merupakan suatu prosesyang tidak hanya mungkin, melainkan harus dilakukan pada negara-negaraberkembang. Pembangunan harus dilakukan secara sadar denganmenghilangkan kelemahan mendasar yang melekat pada struktur ekonomiyang bersangkutan. Salah satu kelemahan mendasar yang harus ditiadakanadalah kekakuan (rigidity) interaksi antarsektor ekonomi dalammemanfaatkan sumber daya, yang sering mendorong ke arahketidakseimbangan (disequilibrium) sehingga peranan pemerintah di negaranegara berkembang dianggap penting karena diperlukan untuk mengawalperkembangan ekonomi ke arah kondisi keseimbangan, yang ditandai denganbekerjanya sistem pasar dan mekanisme harga.Berdasar analisis empiris di negara-negara berkembang, perubahan atautransformasi perekonomian pada umumnya mengarah dari sektor produksiprimer (pertanian, perikanan, dan pertambangan) menjadi sektor produksisekunder (manufaktur, konstruksi) dan kemudian menuju ke sektor tersier(jasa dan perdagangan). Sejalan dengan transformasi ekonomi, berlangsungpula transformasi pada bidang ketenagakerjaan. Ditandai dengan sebagian
1.14Ekonomi Pembangunan Perikanan besar tenaga kerja pada sektor primer tersalurkan pada sektor sekundermaupun tersier. Pola transaksi perekonomian juga mengalami pergeseran daritransaksi domestik, mengarah pada transaksi lebih terbuka dengan masuknyatransaksi perdagangan luar negeri. Akibat dari proses-proses dan transformasitersebut adalah diversifikasi pada produksi dan perdagangan.Pendekatan strukturalis sebenarnya tidak berangkat dari satu mazhabpemikiran yang homogen. Oleh karenanya, terdapat berbagai variasipenerapan dalam pendekatan ini. Hal ini tergantung pada jenis variabelpokok yang dianalisisnya. Dalam hal ini, setidaknya terdapat tiga alirandalam pendekatan ini, yaitu:1. aliran dengan strategi yang bertolak dari pasokan tenaga kerja tidakterbatas,2. aliran dengan strategi pembangunan berimbang, dan3. aliran dengan strategi pembangunan berdasar sasaran selektif(Djojohadikusumo, 1994).D. MODEL PEMBANGUNAN PENAWARAN TENAGA KERJATAK TERBATASModel ini dikembangkan oleh Arhtur Lewis, yang dikenal denganistilah Lewis’s two sector model. Menurut Lewis, perekonomian dibedakanmenjadi perekonomian tradisional dan sektor modern. Perekonomiantradisional dicirikan dengan produktivitas rendah, bersifat sub-sisten danmenggunakan tenaga kerja sendiri (self-employment). Hal ini karenaperekonomian tradisional memiliki suplai tenaga kerja yang banyak.Sementara itu, perekonomian modern lebih bersifat komersial, memerlukanmodal/ kapital dan tenaga kerja upahan serta mengandung unsure motifkeuntungan (profit motive). Apabila sektor modern membutuhkan tenagakerja, pasokan tenaga kerja akan diambil dari sektor tradisional.Oleh karena adanya pengangguran terselubung (disguised employment)yang menyebabkan produktivitas marginal tenaga kerja yang rendah ataubahkan nol, para majikan tidak perlu meningkatkan upah tenaga kerja. Atasdasar ini, diasumsikan bahwa pasokan atau suplai tenaga kerja di sektortradisional tidak terbatas. Menurut Lewis, kelebihan tenaga kerja sektortradisional (informal dan sub-sisten) dapat ditransfer secara mulus kepadasektor modern. Namun, ini ternyata sangat bertentangan dengan fenomena
MMPI5204/MODUL 11.15tenaga kerja di negara berkembang sehingga beberapa
Pembangunan Ir. Taryono, M.Si. konomi pembangunan menjadi hal yang penting sejak disadari adanya ketimpangan perkembangan ekonomi yang besar antara negara-negara maju dengan negara berkembang. Analisis mengenai ekonomi pembangunan dilakukan setelah Perang Dunia II, di mana sebagian besar perhatian ekonom .