
Transcription
Tinjauan PustakaPILIHAN PENGOBATAN JANGKA PANJANGPADA DERMATITIS SEBOROIKSandraWidaty, Aninda MarinaDepartemen Ilmu Kesehatan Kulit dan KelaminFK Universitas Indonesia/RSUPN dr. CiptoMangunkusumo, JakartaABSTRAKDermatitis seboroik (DS) merupakan penyakit eritroskuamosa kronis, biasaditemukan pada usia anak dan dewasa. Keadaan ini ditandai oleh kelainan kulit di areatubuh dengan banyak folikel sebasea dan kelenjar sebasea aktif, yaitu daerah wajah,kepala, telinga, badan bagian atas dan fleksura. Banyak faktor yang memengaruhi kejadianDS sehingga pengobatan terkini DS hanya obat antiinflamasi saja, namun juga obatantijamur terutama yang mengenai jamur Malassezia sp. Perjalanan penyakit DS yangkronis memengaruhi pilihan pengobatan khususnya yang dapat digunakan jangka panjang.Saat ini telah tersedia obat yang berfungsi sebagai ajuvan atau alternatif terhadap obatstandar, meliputi berbagai bahan yang juga berfungsi sebagai pelembap dan kandunganproduk tersebut antara lain berupa bahan anti inflamasi non-steroid dengan khasiatantijamur atau produk lainnya. Kelebihan bahan tersebut adalah tidak ada efek sampingatau efek samping minimal, dapat melembabkan atau mengurangi kulit kering sehinggamempercepat proses penyembuhan.Kata Kunci: dermatitis seboroik, pelembap, anti-inflamasi nonsteroid, antijamurABSTRACTSeborrheic dermatitis is a chronic erythrosquamous disease that commonly affectsadult and children. SD characterized by erythrosquamous lesions that can be found in areasrich with sebaceous follicles and active sebaceous glands. This seborrheic areas located onthe face, head, ears, upper body parts and flexures. Multiple factors could trigger theoccurrence of SD. Recently, treatment is no longer focused on anti-inflammation; but alsoantifungal, specifically affecting Malassezia sp. SD with its chronic nature, requiresmaintenance treatment for long term medication. As an alternative to standardizedmedication or as adjuvant, available several products as in moisturizers and cosmetics.These products has an advantage such as low or absence of side effects, soothing effect,anti-inflammatory nonsteroid with antifungal properties, hydration, and finnally acceleratehealing.Keywords: Seborrheic dermatitis, moisturizer, antiinflamation-nonsteroid, treatmentKorespondensi :Jl. Diponegoro 71 Jakarta Pusat,Tilpon: 62(21)31935383Email: [email protected]
S.Widaty & A.MarinaServisitis klamidia pada ibu hamil di rumah sakit khusus ibu dan anakPilihan pengobatan jangka panjang pada dermatitis seboroikPENDAHULUANDermatitis seboroik (DS) merupakan penyakiteritroskuamosa kronis, biasa ditemukan pada usia anakdan dewasa. Keadaan ini ditandai oleh kelainan kulit diarea tubuh dengan banyak folikel sebasea dan kelenjarsebasea aktif, yaitu daerah wajah, kepala, telinga, badanbagian atas dan lipatan tubuh (inguinal, inframamae danaksila). Kadang-kadang dapat juga mengenai daerahinterskapular, umbilikus, perineum, dan anogenital.1Diagnosis dermatitis seboroik umumnya mudahditegakkan secara klinis, dan tidak memerlukan alatbantu khusus. Pemeriksaan tambahan lain berupapemeriksaan laboratorium dan pemakaian alat non invasifdapat membantu diagnosis dan terapi spesifik yangdiperlukan.2-4Prevalensi DS di Poliklinik Kulit dan Kelamin RS.dr. Cipto Mangunkusumo berkisar antara 1 sampai 5 %pada populasi umum.1 Di Poliklinik Kulit dan KelaminRS. dr Cipto Mangunkusumo Jakarta pada tahun 2014,ditemukan prevalensi DS sebesar 1%, umumnyamenyerang dewasa muda, laki-laki lebih banyak dari padaperempuan dengan usia 1 bulan hingga 88 tahun.5Terdapat berbagai faktor yang berpengaruh pada DS yangberpengaruh pada prinsip tatalaksana DS. Prognosisdipengaruhi oleh awitan DS, dan pada bayi prognosisnyajauh lebih baik daripada DS pada dewasa.1EPIDEMIOLOGIDermatitis seboroik dapat terjadi pada semuakelompok usia, namun biasanya terpisah menjadi duagolongan usia yaitu neonatus dan dewasa.1 Pada bayi,penyakit memuncak pada 3 bulan pertama, sedangkanpada dewasa pada usia 30 hingga 60 tahun.6 DS biasanyadiderita lebih banyak oleh lelaki dibandingkan denganperempuan, dalam berbagai golongan usia dan ras. Diberbagai negara Asia, pasien DS berusia antara 12 hingga20 tahun. DS juga dapat ditemukan pada pasien dengankondisi imunosupresi (misalnya pasien denganHIV/AIDS, transplantasi organ) dan penyakit lainmisalnya Parkinson, serta gangguan nutrisi dan kelainangenetik.7ETIOLOGI DAN PATOGENESISPatogenesis DS masih belum diketahui dengan pasti,namun berhubungan erat dengan jamur Malassezia,kelainan imunologis, aktivitas kelenjar sebasea dankerentanan pasien.1,4 Jumlah sebum yang diproduksibukan faktor utama pada kejadian DS. Permukaan kulitpasien DS kaya akan lipid trigliserida dan kolesterol,namun rendah asam lemak dan skualen. Flora normalkulit, yaitu Malassezia sp dan Propionibacterium acnes,memiliki enzim lipase yang aktif yang dapatmentransformasi trigliserida menjadi asam lemak bebas.Asam lemak bebas bersama dengan reactive oxygenspecies (ROS) bersifat antibakteri yang akan mengubahflora normal kulit. Perubahan flora normal, aktivasi lipasedan ROS akan menyebabkan dermatitis seboroik.1Di bawah ini adalah alur yang menunjukkan peranMalassezia sp pada dermatitis seboroik. Koloni jamurmempunyai kemampuan untuk berproliferasi dipermukaan kulit hingga menimbulkan reaksi inflamasidan secara klinis nampak berupa skuama.Gambar 1. Peran jamur Malassezia pada dermatitis seboroik dikulit kepala.8MANIFESTASI KLINISPada bayi berusia kurang dari 3 bulan lesi akanswasirna, sedangkan pada dewasa bersifat kronis dandapat residif.8 Secara klinis dapat ditemukan kondisiseboroik (seborrhoic state) berupa perubahan warna kulitmenjadi eritema atau hipopigmentasi atau keabuandengan folikel yang terbuka, serta skuama pitiriasiformisringan hingga berat. Pada orang dewasa kelainanditemukan area wajah dan kelopak mata serta di daerahkepala berupa pitiriasis kapitis atau ketombe. Sedangkandi area badan tampak lesi pitiriasiformis berbentukpetaloid atau folikular. Kelainan dapat khusus di daerahlipatan disertai eksematisasi, atau dapat juga generalisatahingga eritrodermik.1Manifestasi klinis pada BayiPada bayi dapat terjadi dari usia minggu pertamakelahiran hingga 3 bulan, dan kelainan berhubungandengan waktu neonatus memproduksi sebum yangselanjutnya akan mengalami regresi hingga pubertas.Tempat predileksi adalah kulit kepala bagian vertex154
MDVI(cradle cap) berupa plak eritematosa disertai skuamakuning kecoklatan yang lekat dan menyebar ke seluruhbagian kulit kepala. Selain itu, juga terdapat krusta. Lesidapat ditemukan di wajah, leher dan menyebar kepunggung serta ektremitas, berupa plak inflamasi didaerah intertrigo, yaitu aksila dan lipat paha. Lesi jugabisa didapatkan di area popok. Diagnosis banding perludipikirkan pada bayi dengan gejala dermatitis seboroikyang luas, harus dibedakan misalnya dengan dermatitis,atopik, antara lain dengan melakukan pemeriksaanpenunjang misalnya immunoglobulin E total.1Manifestasi klinis pada dewasaPada orang dewasa DS bersifat kronis dan residif,terjadi ada usia 30-60 dengan puncak di usia 40 tahunan.1Pada kulit kepala umumnya tingkat keparahan DSsedang, skuama sedikit, kering, warna putih dan mudahlepas. Pada gejala yang lebih berat terdapat plak berasaldari skuama kering yang tebal kekuningan.6 Lesi dapatterlihat juga di wajah secara simetris yaitu di alis, dahi,kelopak mata atas, plika nasolabialis dan cuping hidung.Tempat lain yang sering terkena pada regioretroaurikularis, kanal auditori eksternal, aurikula danconchae bowl. Gejala yang ditemukan berupa eritema dangatal disertai rasa terbakar dan gatal ringan terutama dikulit kepala. Folikulitis pitirosporum juga dapatditemukan di daerah seboroik. Biasanya dimulai saatremaja sebagai akibat respons aktivitas androgen yangmeningkatkan produktivitas kelenjar sebasea.1 DS padaorang dewasa mengalami periode remisi daneksaserbasasi. Pencetus kekambuhan DS umumnya akibatstres emosional, letih, depresi, perubahan suhu, higienepribadi, pajanan matahari, perubahan pola makan, infeksi,obat dan berada di ruangan dingin cukup lama.6Pada pasien HIV-AIDS, DS umumnya parah dancenderung sulit diatasi dengan terapi standar. Secaraklinis dapat ditemukan erupsi di wajah berupa butterflyrash, menyerupai lesi sistemik lupus eritematosa. DSbiasanya terjadi pada pasien dengan hitung CD4 sebesar200 – 500/mm3 dan dapat ditemukan sebagai manifestasiklinis pertama pada pasien HIV-AIDS.1Diagnosis dermatitis seboroik umumnya cukupditegakkan dengan pemeriksaan klinis, namun perludipikirkan diagnosis banding, misalnya psoriasis,dermatitis atopik, dermatitis kontak iritan, dermatofitosis,dermatitis demodex, pitiriasis versikolor, lupuserimatosus diskoid, pemfigus foliaseus dan rosasea.1,8TATALAKSANA DERMATITIS SEBOROIKTujuan pengobatanTatalaksana medikamentosa DS pada skalp dannonskalp meliputi pemakaian obat secara topikal dan155Vol. 43 No. 4 Tahun 2016; 153 - 159sistemik, dapat pula disertai pemakaian bahan lain yangdapat digunakan sebagai terapi ajuvan ataupun terapipencegahan.9 Prinsip utama tatalaksana ketombe dandermatitis seboroik di skalp adalah untuk mengontrolkondisi kulit kepala agar nyaman dengan biaya seminimalmungkin. Sejak tahun 1960 telah tersedia beragamsediaan yang digunakan untuk mengatasi ketombe danDS, baik berupa sampo, kondisioner, obat yang dijualbebas maupun menggunakan resep. Prinsip tatalaksanaperawatan rambut pada ketombe dan DS adalahpengobatan harus dapat diterima secara estetik; yaitudapat digunakan bersama dengan bahan perawatanrambut harian yang akan meningkatkan kepatuhan dankeberhasilan pengobatan.10Pilihan pengobatan medikamentosa untuk DSumumnya berupa obat antijamur, anti inflamasi,keratolitik, dan kalsineurin inhibitor.9 Laporan terbarumenyatakan penambahan pilihan pengobatan pada DSnon skalp berupa obat yang mengandung bahannonsteroid bersifat antiinflamasi berkhasiat antijamur(anti-inflammatory with antifungal properties/AIAFp)dengan bukti kesahihan B (level of evidence).10Di bawah ini adalah tabel yang berisi berbagaipilihan pengobatan yang dapat digunakan pada kasusdermatitis seboroik. Pilihan pengobatan utama denganbukti kesahihan terbaik (A) adalah golongan obatantijamur, diikuti dengan kortikosteroid dan beberapaalternatif pilihan obat lainnya.Tabel 1. Pengobatan yang sering digunakan pada DS nonskalp*Pilihan pengobatan dermatitis seboroik nonskalpLevel of Evidence*Obat anti tronidazolAItrakonazolCLitium Suksinat/Litium GlukonatAKortikosteroidHidrokortisonAObat kombinasi anti inflamasi – Antifungal (AIAF)Promiseb BKalsineurin inhibitorTakrolimusBPimekrolimusB*Level of Evidence: A:uji klinis terkontrol acak buta ganda, B:uji klinisdengan randomisasi, C: studi terbukaPedoman pengobatan DS juga dibuat oleh para pakardi Asia, dengan mengikuti algoritma komprehensif yangkhusus dikembangkan untuk pengobatan DS di Asia baikpada anak maupun dewasa. Dalam berbagai laporan kasus
Servisitis klamidia pada ibu hamil di rumah sakit khusus ibu dan anakPilihan pengobatan jangka panjang pada dermatitis seboroikS.Widaty & A.Marinamengenai penggunaan obat topikal yang mengandungbahan antiinflamasi-antifungal (AIAF) merupakan pilihanuntuk pengobatan kasus DS akut maupun sebagai terapipemeliharaan.7Pengobatan DS dibagi berdasarkan berat ringannyapenyakit, obat sistemik digunakan pada kasus DS sedangdan berat. Telah dibuat panduan pengobatan DS untukpopulasi di Asia yang dapat dijadikan acuan pengobatanDS (tabel 2), pengobatan menggunakan obat antijamurtopikal, steroid topikal, kalsineurin inhibitor topikal danobat antijamur sistemik.Tabel 2. Pengobatan DS nonskalp pada populasiAsia.7ProdukFormulaCara PenggunaanAnti jamur topikalKrim siklopiroks 1%Dua kali per hari dalam4 mingguAIAFKrim ketokonazol2%Pirokton olamine/algycera atau krimbisabololDS RinganSteroid topikalKalsineurin inhibitortopikalSalap & krimHidrokortison 1%Krim Pimekrolimus1%Salep Takrolimus0,1%DS Sedang- beratSteroid topikal (kelas 2)Anti jamur sistemikSalap Aklometasone0-05%Krim Desonide0.05%Itrakonazol 100 mgkapsulTerbinafin 250 mgkapsulFlukonazol 50 mgcapsulDua kali perhari dalam4 mingguBulan pertama: 200mg/hr selama 1 minggulalu lanjut tiap2hr/bulan hingga 11bulanRegimen terusmenerus: 250 mg/hrselama 4-6 mingguRegimen intermiten:250 mg/hr selama 12hari per bulan untuk 3bulan50 mg/hr selama 2minggu atau 200-300mg/minggu untuk 2-4mingguSediaan anti-inflamasi nonsteroid topikal berkhasiatantijamur telah digunakan di beberapa negara Eropa danAsia untuk pasien DS. Produk tersebut tidak Penggunaan produk bukan obat resep merupakan pilihanpengobatan yang berguna khususnya untuk daerah wajah.Produk dapat menjadi pilihan pertama, khususnya bagipasien yang enggan menggunakan obat konvensional.Krim juga mengandung emolien yang dapatmenghilangkan gejala dermatitis seboroik, misalnyamemperbaiki kulit kering, mengurangi gatal, mengurangikemerahan, dan rasa nyeri, serta mempermudahpenyembuhan.11,12Pemakaian obat ajuvan sebagai tatalaksana pada DSNonskalpOleh karena sifat DS yang kronis, maka perlupengobatan pemeliharaan yang digunakan pada jangkapanjang. Saat ini belum ada baku emas pengobatan DSoleh karena etiologi pasti belum jelas, serta patogenesisyang merupakan gabungan berbagai hal menyebabkanpenggunaan antijamur dan antiinflamasi khususnyakortikosteroid masih menjadi pilihan pengobatan.13Tatalaksana DS di berbagai bagian tubuhmemerlukan perhatian khusus. Pasien dapat ditanyakantentang vehikulum yang disukai dan disesuaikan denganaktivitas serta kebiasaan pasien. Kepatuhan pasiendipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya regimenpengobatan, harga produk, dan motivasi pribadi sertapengetahuan pasien akan kesehatan yang optimal.Tatalaksana di daerah berambut seringkali berbedadengan bagian yang tidak berambut. DS umumnyaditerapi dengan preparat topikal, baik dalam bentuk krim,foam, spray, gel, sampo, dan pencuci rambut lainnya.14Pengobatan DS meliputi obat yang diresepkanmaupun obat yang dijual bebas. Pengobatan tambahanyang berfungsi sebagai adjuvan atau alternatif terhadapobat baku meliputi berbagai produk kosmetik denganhasil uji klinis yang bervariasi. Kelebihan produk iniumumnya jarang atau tanpa efek samping biladibandingkan dengan obat yang diresepkan. Dalam satuproduk umumnya terdapat satu atau lebih bahan denganmanfaat melembutkan dan efek antiinflamasi ringan.Beda antara obat dan produk kosmetik terlebih padakonsentrasi bahan aktif.15 Penggunaan produk bukan obatresep merupakan pilihan pengobatan yang bergunakhususnya untuk daerah wajah. Produk dapat menjadialternatif pertama, khususnya bagi pasien yang engganmenggunakan pengobatan konvensional. Vehikulum krimyang juga mengandung emolien akan memperbaiki kulitkering dan mempercepat penyembuhan.11Penggunaan pelembab pada tatalaksana adjuvan DSdi daerah bukan SkalpPelembap baik untuk hidrasi kulit pasien DS,bersifat tidak iritasi serta mempercepat penyembuhan.12Pelembap merupakan campuran berbagai bahan kimiauntuk melembutkan kulit dan meningkatkan kandunganair di kulit.16,17 Pelembap sebaiknya digunakan minimal1/2 ons atau 50 gram untuk seluruh tubuh kecuali wajah156
MDVIdan lipatan kulit, dengan frekuensi pemberian dua kalisehari. Pelembap dioleskan searah pertumbuhan rambutagar menghasilkan kulit yang lembut. Pemberiansebaiknya setelah mandi ketika kulit masih lembap danmembantu penyerapan sehingga hidrasi pada jaringanlebih baik.16 Pelembap ditemukan pada berbagai formula,misalnya losion, krim, salap, dan pasta. Perbedaanya adapada kandungan air. Krim memiliki lebih sedikit airdibandingkan losion, dan sebagian besar lipid yangdikandungnya dapat mengatasi kulit kering tanpa rasaberminyak.16 Pemilihan sediaan juga bergantung padalingkungan misalnya musim dingin lebih baikmenggunakan bentuk salap dan pada musim semi lebihbaik menggunakan krim.17 Krim lebih sering dioleskandibanding salap, dan salap lebih terasa berminyak karenacenderung tidak diserap kulit.16Pelembab dibagi atas beberapa jenis berdasarkansifatnya; yaitu yang bersifat sebagai emolien, humektan,oklusif dan terapeutik.18 Emolien digunakan untukmelembutkan dan menghaluskan kulit, dengan caramengisi ruang atau celah di antara korneosit yangmengalami deskuamasi sehingga permukaan kulitmenjadi halus, meningkatkan daya kohesi, tepi korneositrata, dan mengurangi friksi.19 Jenis pelembab lain bersifathumektan; bahan lipofilik, mampu menarik air darilingkungan eksternal yang lembap maupun epidermis,bergantung pada kadar kelembaban lingkungan, misalnyanatrium hialuronat, urea dan asam hidroksi alfa.18,19Pelembap oklusif akan melapisi stratum korneum,mempertahankan air di kulit dengan memperlambattransepidermal water loss (TEWL). Pelembap oklusifdidapatkan pada petrolatum, minyak mineral, parafin, danskualen.18,19 Salap yang mengandung petrolatum dandioleskan tiap hari bermanfaat pada dermatitis seboroikuntuk melembutkan skuama sehingga skuama mudahterkelupas secara halus, terutama pada bayi.7Pelembab terapeutik memiliki berbagai sifat yaitubahan oklusif untuk perbaikan sawar kulit, emolien untukmelembutkan dan menghaluskan kulit, serta humektanuntuk mempertahankan air di stratum korneum.Kombinasi kandungan berbagai sifat pada pelembabterapeutik menyebabkan pelembab terapeutik lebih baikdaripada pelembab lainnya.18Penggunaan berbagai bahan aktif pada tatalaksanaadjuvan DS bukan di daerah skalpVehikulum yang digunakan untuk tatalaksana DStersedia dalam berbagai bentuk. Pemilihan bentuk sediaanditentukan oleh berat ringannya kasus, lokasi kelainandan pilihan pasien. Bentuk yang umumnya disukai untukdaerah bukan skalp di daerah tropis berupa sediaan ringandan tidak berminyak misalnya bentuk krim karena157Vol. 43 No. 4 Tahun 2016; 153 - 159nyaman digunakan termasuk untuk daerah lipatan.Penambahan berbagai bahan aktif pada sediaan yangdigunakan sebagai adjuvan untuk terapi pemeliharaandalam tatalaksana DS berperan dalam keberhasilanpengobatan dan pencegahan rekurensi. Bahan aktif dalamproduk kosmetik sebagai terapi adjuvan DS antara lain:18β-glycirrhetinic acid. Berkhasiat sebagai antiinflamasi, antiiritasi, antialergi dan antivirus. Telahdilakukan studi komparatif secara acak, menguji xolamine dan zinc phyritione, dengan hasilperbaikan klinis bermakna (p 0.0001) yaitu berkurangnyaeritema, ketombe, dan berkurangnya jumlah Malasseziaspp. di permukaan kulit dalam kurun waktu dua minggu.14Anethum graveolens. Merupakan tanaman herbal darifamily Apiceae atau umbeliferae. Berdasarkan studikomparatif secara acak ganda pada 115 pasien dengan DSdi wajah, penggunaan bahan Anethum graveolens dapatmenghindari kekambuhan. Setelah pemakaian selama 8minggu, rekurensi lebih rendah (21%) dari kontrol (40%).Hal tersebut mungkin akibat efek regulasi toll-likereceptor (TLR).20Minyak emu. Berasal dari jaringan lemak burung ksidan dan antiinflamasi. Studi secara acakterkontrol pada 126 pasien DS di wajah, membuktikanbahwa minyak emu 20% berguna untuk mengurangi gataldan eritema. Namun efektivitas lebih rendah dibandingclotrimazol 1% maupun hidrokortison glikan non-sulfat, banyak ditemukan pada jaringan ikat,epitel dan jaringan saraf. Sebuah studi prospektif yangmelakukan pemberian sodium salt gel asam hialuronat0,2% pada pasien DS dengan lesi di wajah dua kali seharisetelah mencuci muka, menghasilkan perbaikan berupapengurangan skuama (76%), eritema (64%) serta keluhangatal (50%).22Litium glukonat. Merupakan kation monovalen,berkhasiat pada DS diduga sebagai antiinflamasi.Berdasarkan studi acak secara multisenter pada 289pasien DS wajah didapatkan efektivitas salap litiumglukonat 8% (52%) lebih tinggi dibanding emulsiketokonazol 2% (30,1%). Keamanan terhadap keduaproduk serupa.23 Studi secara acak ganda, menggunakanplasebo mendapatkan hasil remisi 90,9% terhadapkelompok yang menggunakan salap litium glukonat 8%dibandingkan dengan kelompok kontrol hanya 54,7%.24Nikotinamid. Termasuk golongan amida yang larutdalam air dalam asam nikotinik. Menunjukkan hambatanterhadap sekresi sebosit dan efek antiinflamasi secara
S.Widaty & A.MarinaServisitis klamidia pada ibu hamil di rumah sakit khusus ibu dan anakPilihan pengobatan jangka panjang pada dermatitis seboroikdose-dependent. Dalam studi acak terbuka, 48 pasiendirawat sekali sehari menggunakan krim nikotinamide 4%mendapatkan penurunan total skor yang diobservasisebesar 75%.25Propilene glikol. Merupakan bahan non-aromatikberkhasiat sebagai humektan, bersifat higroskopik danmemiliki daya serap. Telah digunakan sebagai alternatifkortikosteroid pada tatalaksana DS skalp. Selain itu,ditemukan pula manfaat lain bahan ini, yaitu menurunkankoloni Pityrosporum orbiculare secara bermakna setelahmenggunakan terapi larutan yang mengandung propilenglikol pada pasien DS di skalp.26Quassia Amara. Merupakan bahan yang kayatriterpenoid quassinoids. Dapat bermanfaat sebagaiantimikroba, anti jamur, dan anti inflamasi. Pada sebuahstudi komparatif acak ganda tertutup didapatkan gel yangmengandung ekstrak 4% Quassia cukup efektif, aman dandapat di toleransi untuk tatalaksana lesi DS di wajah.Bahan ini menyerupai gel ketokonazol 2% atau gelsiklopiroksolamin.27Tar. Bersifat anti-jamur dan anti-inflamasi serta mampumengurangi sebum. Aktivitas fungistatik dalam studi invitro sebanding dengan ketokonazol.28-31 Sampo tar sudahsering digunakan walau bukti efektivitasnya masih kurangyang mendukung.32Minyak tea tree. Berasal dari pohon Melaleucaalternifolia, yang bermanfaat sebaga antimikroba danantiinflamasi.33 Dari sebuah studi acak tertutup padapasien DS skalp, bahan ini dinyatakan dapat memberikanperbaikan klinis lebih baik dari plasebo.34 Walaudianggap aman, penggunaan minyak tea tree terbatasakibat adanya kemungkinan efek estrogenik dan antiandrogenik.35,36Bahan natural lainnya. Allantoin, Aloe vera,Borrago officinalis, Burdock, Echinacea purpurea,Incense, Lactoferrin, Potassium alum, Retinyl palmitate,asam salisilat, Tarassaco, dan vitamin E juga dapatdigunakan untuk tatalaksana DS atau kondisi serupamelalui perannyasebagai pelembap, keratolitik, antiinflamasi, antioksidan, imunologi, antimikroba, anti jamur,pengaturan sebum dan gatal. Namum studi terhadap efikasi dan mekanisme aksi belum diketahui lebih lanjut.37-40PENUTUPDermatitis seboroik merupakan penyakit yangbersifat kronis dan rekuren yang dapat menyerangberbagai golongan usia. Pengobatan pilihan nonterapeutik banyak dibutuhkan, khususnya untukmenghindari efek samping maupun interaksi obat yangmungkin terjadi. Pelembab atau produk kosmetik denganbahan aktif yang sesuai dapat menjadi pilihan tatalaksanaDS jangka panjang.DAFTAR 8.19.20.21.22.Collins CD, Hivnor C. Seborrheic Dermatitis. Dalam: Goldsmith LA,Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, penyunting.Dermatology in General Medicine. Edisi ke-7. New York: McGrawHill Book, Co;2012.p. 259-66.Schwarts RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis: Anoverview.Am Fam Phys. 2006;74:125-30.Barbareschi M, Benardon S, Veraldi S. Role of the laboratory. Dalam:Micalli G, Veraldi S, penyunting. Seborrheic Dermatitis. Gurgaon:MacmillanMedical Communications; 2015. p. 29-30.Gupta A, Bluhm R, Cooper EA, Summerbell RC, Batra R. Seborrheicdermatitis. Dermatol Clin. 2003;21:401-12.Data kunjungan Poliklinik Kulit dan Kelamin Divisi DermatologiUmum RSCM. Jakarta: RSCM; 2014.Peyri J, Lleonart M. Clinical and therapeutic profi le and quality of lifeof patients with seborrheic dermatitis. Actas Dermosifi liogr.2007;98:476–82.Cheong WK, Yeung CK, Torsekar RG, Suh DH, Ungpakorn R, WidatyS, dkk. Treatment of seborrhoeic dermatitis in Asia: A consensus guide.Skin Appendage Disord. 2015;1:187-96.Schwartz J, DeAngelis YM, Dawson Jr TL. Dandruff and seborrheicdermatitis: a head scratcher. Dalam: Evans T, Wickett R, penyunting.Practical Modern Hair Science. Edisi ke-1. Illinois: Allured Pub; 2012.p.389–413.Golderberg G. Optimizing treatment approaches in seborrheicdermatitis. J ClinAesthet Dermatol. 2013;(6):44–9.Schwartz J, Cardin CW, De Angelis YM, Dawson Jr T. Dandruff andseborrheic dermatitis. Dalam: Baran R, Maibach H, penyunting.Textbook of Cosmetic Dermatology. Edisi ke-4. London: Informa;2010. p.230–9.Micali G, DallÓglio F, Tedeschi A. Treatment of seborrheic dermatitisof the face with Sebclair. Dalam: Micali G, Veraldi G, penyunting.Seborrheic Dermatitis. Gurgaon:Macmillan; 2015.h. 67-9Del Rosso J. Adult Seborrheic Dermatitis : A status report on practicaltopical management. J ClinAesthet Dermatol. 2011; 4: 32–8.Gustafson CJ, Davis SA, Feldman SR. Complete approaches toseborrheic dermatitis. The Dermatologist. 2012;20(6) Suppl:1-3.Turlier V, Viode C, Durbtise E, Bacquey A, Lejeune O, Oliveira SoaresR, dkk. Clinical and biochemical assessment of maintenance treatmentin chronic recurrent seborrheic dermatitis: randomized controlled study.Dermatol Ther (Heidelb). 2014;4:43-59.DallÓglio F, Tedeschi A, Verzi AE, Micali G. Cosmetologicalapproach. Dalam: Micali G, Veraldi G, penyunting. SeborrheicDermatitis. Gurgaon: Macmillan; 2015. p.57-9.Hurlow J, Bliss DZ. Dry skin in older adults. Geriatr Nurs.2011;32:257- 62.Flynn Tc, Petros J, Clark RE, Viehman GE. Dry Skin and Moisturizers.Clinics in Dermatology. 2001;19:387-392.Draelos ZD. Modern moisturizer myths, misconception, and truths.Cutis. 2013;91:308-14Baumann L. Cosmetics and skin care in dermatology. Dalam: GoldmithLA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, Wolff K, penyuntingFitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York:Mcgraw Hill; 2012. p.3009-12.Ionescu MA, Baroni A, Brambililla A. Double blind clinical trial in aseries of 115 patients with seborrheic dermatitis: prevention of relapsesusing topical modulator of Toll like receptor 2. G Ital DermatolVenereol. 2011;146(3):185-9.Attarzadeh Y, Asilian A, Shahmoradi Z, Adibi N. Comparing the efficacy of Emu oil with clotrimazole and hydrocortisone in the treatmentof seborrheic dermatitis: a clinical trial. J ResMed Sci. 2013;18(6):47781.Schlesinger T, Powell CR. Effi cacy and safety of a low molecularweight hyaluronic acid topical gel in the treatment of facial seborrheicdermatitis fi nal report. J Clin Aesthet Dermatol. 2014;7:15-8.158
MDVI23. Dreno B, Chosidow O, Revuz J, Moyse D, The Study InvestigatorGroup. Lithium gluconate 8% vs ketoconazole 2% in the treatment ofseborrhoeic dermatitis : a multicentre, randomized study. Br JDermatol. 2003;148:1230-6.24. Dreno B, Moyse D. Lithium gluconate in the treatment of seborrheicdermatitis: a multicenter, randomised, double blind study versusplacebo. Eur J Dermatol. 2002;12:549-52.25. Fabbrocini G, Cantelli M, Monfrecola G. Topical nicotinamide forseborrheic dermatitis: an open randomized study. J Dermato Treat.2014;25:241-5.26. Faergemann J. Propylene glycol in the treatment of seborrheicdermatitis of the scalp: a double-blind study. Cutis. 1988;42:69-71.27. Diehl C, Ferrari A. Efficacy of topical 4% Quassia amara gel in facialseborrheic dermatitis: a randomized, double-blind, comparative study. JDrugs Dermatol. 2013;12:312-5.28. Nenoff P, Haustein UF, Fiedler A. The antifungal activity of a coal targel onMalassezia furfur in vitro. Dermatology. 1995;191:311-4.29. Paghdal KV, Schwartz RA. Topical tar: back to the future. J am AcadDermatol. 2009;61:294-302.30. ArnoldWP. Tar. Clin Dermatol. 1997;15:739-44.31. Wright MC, Hevert E, Rozman T. In vitro comparison of antifungaleffects of a coal tar gel and ketokonazole gel on Malassezia furfur.Mycoses.1993;36:207-10.32. Brodell RT, Cooper KD. Comprehensive dermatologic drug therapy.Therapeutic shampoo. Philadelphia:WB SaundersCompany; 2001.p.647-58.159Vol. 43 No. 4 Tahun 2016; 153 - 15933. Carson CF, Hammer KA, Riley TV. Tea Tree Oil: A review ofantimicrobial and other medicinal properties. Clin Microbiol Rev.2006;19:50-62.34. SatchellAC, SaurajenA, Bell C, Barnetson RS. Treatment of dandruffwith 5% tea tree oil shampoo. JAmAcad Dermatol. 2002;47:852-5.35. Hammer KA, Carson CF, Riley TV, Nielsen JB. Areview of thetoxicity of Melaleuca alternifolia (tea tree) oil. Food ChemToxicol.2006;44:616-25.36. Henley DV, Lipson N, Korach KS, Bloch CA. Prepurbetalgynecomastia linked to lavender and tea tree oils. N Engl JMed. 2007;356:479-85.37. Naldi L. Seborrheic dermatitis. Clin Evid. 2010;12:1713.38. Feily A, Namazi MR. Aloe vera in dermatology: a brief review. G ItalDermatol Venereol. 2009;144:85-91.\39. Squire RA, Goode K. A randomized, single-blind, single-centre clinicaltrial to evaluate comparative clinical efficacy of shampoos containingcicroplox olamine (1.5%) and salicylic acid (3%), or ketokonazol (2%nizoral) for the treatment of dandruff/seborrheic dermatitis. J DermatolTreat. 2002;13:51-60.40. Scwartz RA, Janusz CA, Janniger CK. Seborrheic dermatitis:Anoverview. Am Fam Physician. 2006;74:125-30.
dermatitis atopik, dermatitis kontak iritan, dermatofitosis, dermatitis demodex, pitiriasis versikolor, lupus erimatosus diskoid, pemfigus foliaseus dan rosasea.1,8 TATALAKSANA DERMATITIS SEBOROIK Tujuan pengobatan Tatalaksana medikamentosa DS pada skalp dan nonskalp meliputi pemakaian obat secara topikal dan