Transcription

DAFTAR ISIc.idKata Pengantar.vDaftar Isi . viiDaftar Tabel . xiDaftar Gambar . xiiiugmpress.ugm.aChapter 1 PARADIGMA PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR.1.1 Pengertian Pengelolaan Sumberdaya Air.1.2 Pengertian Pengelolaan Sumberdaya Air.1.3 Paradigma Pengelolaan Sumberdaya Air BerbasisTekno–Ekonomi.1.4 Paradigma Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu . Kelembagaan dan Perencanaan untuk Pengelo laan Sumberdaya Air Terpadu (Integrated WaterResource Management). Pengembangan dan Pengelolaan Sumberdaya Air Pemanfaatan Air Secara Bersama. Perlindungan Lingkungan. Pengelolaan Bencana. Pemberdayaan Masyarakat. Data dan Informasi. Pengelolaan Program.Chapter 2 PENGOLAHAN DATA HUJAN.2.1 Hujan dalam Siklus Hidrologi.2.2 Presipitasi.2.3 Pencatatan Data Hujan.2.4 Penentuan Jaringan Stasiun Hujan. Metode Wilson E. M. (1974). Metode Varshney (1974). Metode Sofyan Dt. Majo Kayo (1988). Metode Kagan (1967).2.5 Analisis Hujan Wilayah. Metode Aritmatik.Pengelolaan Sumberdaya Air 455vii

s.ugm.ac.id Metode Poligon Thiessen. Metode Isohyet.2.6 Pemetaan Hujan Wilayah. Metode Interpolasi. Pemanfaatan Interpolasi. Macam-macam Metode Interpolasi.2.7 Perhitungan Potensi Pemanenan Air Hujan.2.8 Pemanenan Hujan. Jenis-jenis Pemanenan Air Hujan.2.9 Masalah dan Tantangan Pengelolaan Air Hujan. Perubahan Iklim dan Hujan (Studi Kasus KabupatenGunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta). Analisis Data Curah Hujan untuk MengetahuiAnomali Cuaca (Studi Kasus DAS Opak). Pemanfaatan Data Hujan untuk Analisis NeracaAir (Studi Kasus Kecamatan Playen, Gunungkidul). Pola Kecenderungan Hujan (Studi Kasus KecamatanPlayen, Gunungkidul).2.10 Kualitas Air Hujan.555657575758596161676770727581ugmpresChapter 3 METODE ANALISIS DAN POTENSI AIRPERMUKAAN. 893.1 Pengertian Air Permukaan. 893.2 Perhitungan Debit . 95 Metode Pengukuran Debit . 100 Estimasi Debit Aliran . 108 Debit Aliran Permukaan . 108 Volume Aliran Permukaan Diam/Danau . 1103.3 Perhitungan Debit Rancangan. 112 Metode Rasional . 113 Metode Weduwen . 114 Metode Haspers. 114 Metode HSS Gamma I . 1153.4 Perhitungan Debit Andalan . 115 Perhitungan Metode Rangking. 116 Perhitungan Metode Statistik. 117 Perhitungan Metode FJ. Mock. 1193.5 Masalah dan Tantangan Pengelolaan Air Permu kaan . 122viiiPengelolaan Sumberdaya Air Terpadu

Chapter 4 Metode Analisis dan Potensi Airtanah. 1274.1 Pengertian Airtanah. 1274.2 Faktor Penentu Potensi Airtanah. 1414.3 Potensi Airtanah. 1444.4 Pengelolaan dan Tantangan Pengelolaan SumberdayaAirtanah. 153 Pengelolaan Airtanah. 153 Tantangan Pengelolaan Airtanah. 158ess.ugm.ac.idChapter 5 KUALITAS AIR. 1635.1 Kualitas Air dalam Konteks Pengelolaan Sumber daya Air. 1635.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Air. 165 Iklim. 166 Geologi/Batuan. 167 Vegetasi. 168 Manusia. 169 Waktu. 1695.3 Karakteristik Kualitas Air Perairan Alami. 170 Air Hujan. 171 Air Permukaan. 172 Airtanah. 1785.4 Peruntukan Air Secara Kualitas. 1825.5 Permasalahan Kualitas Air. 190ugmprChapter 6 KEBUTUHAN AIR.6.1 Pendahuluan.6.2 Kebutuhan Air untuk Domestik.6.3 Kebutuhan Air untuk Industri.6.4 Kebutuhan Air untuk Pertanian.6.5 Kebutuhan Air untuk Perikanan.6.6 Kebutuhan Air untuk Peternakan.6.7 Proyeksi Kebutuhan Air.6.8 Perencanaan Pemenuhan Kebutuhan Air Berba sis Spasial.197197198201202216217219224Glosarium. 231Indeks. 237Pengelolaan Sumberdaya Air Terpaduix

c.id.as.ugmesprmugxPengelolaan Sumberdaya Air Terpadu

DAFTAR TABELTabel 2.3Tabel 2.4Tabel 2.5Tabel 3.1Tabel 5.2Tabel 5.3Tabel 5.4Tabel 5.5Tabel 5.6Tabel 5.7Tabel 5.81617c.id.augmTabel 3.2Tabel 3.3Tabel 3.4Tabel 3.5Tabel 4.1Tabel 4.2Tabel 4.3Tabel 5.1s.ugmTabel 2.1Tabel 2.2esTabel 1.3Perubahan penggunaan lahan pertanian ke nonpertanian .Perkiraan beban polutan organik di Jakarta tahun 1987 dan2010 .Perubahan morfologi Sungai Bengawan Solo setelahdilakukan pelurusan sungai dari jembatan Banmati sampaiJembatan Jurug .Jenis-jenis presipitasi .Jumlah stasiun hujan yang diperlukan untuk ukuran DASdengan luas tertentu .Kemungkinan penyimpangan persentase yang diizinkandalam perhitungan .Koefisien hujan pada berbagai jenis tangkapan hujan .Tabel neraca air Kecamatan Playen .Berbagai pendekatan penampang melintang sungai danpersamaan jari-jari hidrauliknya .Nilai koefisien limpasan (C) .Tahapan analisis hidrologi untuk debit rancangan.Data pencatatan debit Kali Brantas Hulu.Nilai persentase lahan .Ukuran partikel/butir tanah.Sebaran dan potensi cekungan airtanah di Indonesia .Daftar nilai resistivitas berbagai mineral .Peruntukan air sungai dan nilai IKA air sungai di DKIJakarta .Hasil analisis kualitas air pada musim hujan dan kemaraudi Sungai Citarum .Kandungan bahan-bahan terlarut dalam airtanah .Sifat fisik air bawah tanah di lokasi penelitian .Hasil perhitungan terhadap mutu air bawah tanah .Hasil pengamatan sifat kimia di lokasi penelitian .Hasil perhitungan terhadap mutu air bawah tanah .Kriteria kelas air PP No. 82 Tahun 2001 .prTabel 1.1Tabel 1.2Pengelolaan Sumberdaya Air 8180181181182185xi

Tabel 6.2Tabel 6.3Tabel 6.4Tabel 6.5Tabel 6.6Tabel 6.7aTabel 6.7bTabel 6.8Tabel 6.9Tabel 6.10Tabel 6.11prTabel 6.12Tabel 6.13Tabel 6.14c.idTabel 6.1.aTabel 5.11Tabel 5.12s.ugmTabel 5.10Parameter wajib persyaratan kualitas air minum berda sarkan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 .Parameter tambahan persyaratan kualitas air minumberdasarkan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 .Jaringan pemantauan kualitas air pulau-pulau di Indonesia .Rentang kadar parameter kualitas air pulau-pulaudi Indonesia.Kebutuhan air menurut jumlah penduduk dan jenistampungan air .Kebutuhan air domestik menurut beberapa provinsidi Indonesia.Besarnya perkolasi berdasarkan tekstur.Koefisien tanaman (Kc) .Jenis irigasi dan kebutuhan air rata-rata berdasarkanSNI tahun 2002 .Kebutuhan air irigasi DAS Ngijo tahun 2007.Pola tanam dan CWR 15 harian DAS Ngijo.Pola tanam dan CWR 15 harian DAS Ngijo.Project Water Requirement (PWR) bulanan DAS Ngijo.Unit kebutuhan air untuk peternakan.Standar kebutuhan air untuk berbagai sektor.Proyeksi kebutuhan air domestik dan industri menurutpulau dan penduduk dalam Wilayah Sungai (WS) .Kebutuhan air peternakan di Indonesia .Kebutuhan air perikanan di Indonesia .Kebutuhan air penduduk dan distribusi pelayanan airtahun 2007.Kebutuhan air tahunan DAS Ngijo.Ketersediaan air tahunan DAS Ngijo.Kondisi kekritisan bulanan DAS Ngijo 2000–2007.Aspek dan kegiatan dalam perencanaan pemenuhankebutuhan air menurut Soetrisno, PPTP .esTabel 5.9ugmTabel 6.15Tabel 6.16Tabel 6.17Tabel 6.18xiiPengelolaan Sumberdaya Air 20221222223225226227227228

DAFTAR GAMBARGambar 1.7Gambar 1.8Gambar 1.9Gambar 1.10mGambar 1.12ugGambar 1.13Gambar 1.14Gambar 1.15Gambar 1.16Gambar 1.17Gambar 1.18Gambar 1.1934456c.idprGambar 1.11.aGambar 1.6s.ugmGambar 1.2Gambar 1.3Gambar 1.4Gambar 1.5Contoh penghijauan di daerah Jabon dan contoh penerapanterasering di Bali .Contoh stasiun duga muka air Bengawan Solo.Contoh Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) .Contoh pembuatan sumur resapan dan biopori .Daerah sempadan sungai yang masih alami .dan sempadan sungai yang telah beralih fungsi menjadikawasan pemukiman .Pembuatan tanggul sungai sebagai salah satu pemeliharaansungai darurat akibat bencana banjir .Hujan buatan, salah satu contoh inovasi pengelolaansumberdaya air .Gambaran suatu Daerah Aliran Sungai.Alur pikir penyusunan pola pengelolaan sumberdaya air .9Perbedaan karakteristik mataair: mataair di kawasanfisio grafi Gunungapi Merapi dan mataair di kawasankarst Gunungsewu .Sumber air di daerah karst Gunungsewu: air hujan dantelaga .Kondisi mataair pada Mataair Kali Ireng dan MataairNangsri, Purwobinangun, Pakem.Salah satu kondisi telaga di Gunungkidul dengan vegetasiyang tetap lestari dan tanpa adanya sampah di sekitartelaga .Salah satu sistem perpipaan air bawah tanah di Gunungkidul Terowongan bendung dan Pipa outlet yangmenyalurkan air ke dalam reservoir untuk kemudiandialirkan ke wilayah yang membutuhkan .Persentase air tawar dan air asin di bumi .Siklus hidrologi.Kerucut depresi yang diakibatkan oleh penurapan airberlebih pada dua sumur .Contoh bendungan Rolak–Songo–Mojokerto.Contoh waduk: Gajah Mungkur.esGambar 1.1Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu667910101112121314192222xiii

ugmpress.ugm.ac.idGambar 1.20 Contoh sistem kanal: Banjir Kanal Timur .Gambar 1.21 Pelurusan sungai dengan metode normalisasi danpembuatan talud di Sungai Code .Gambar 1.22 Pelurusan Sungai Bengawan Solo .Gambar 1.23 Peningkatan kecepatan rata-rata aliran Sungai BengawanSolo.Gambar 1.24 Peningkatan tendensi banjir Sungai Bengawan Solosetelah pelurusan dan sudetan .Gambar 1.25 Kerangka pikir pengelolaan DAS terpadu .Gambar 1.26 Kerangka kerja strategis pengelolaan DAS Citarum secaraterpadu.Gambar 2.1 Daur hidrologi.Gambar 2.2 Presipitasi siklonik (cyclonic precipitation).Gambar 2.3 Proses konveksi termal pada awan cumulus.Gambar 2.4 Proses presipitasi orografik.Gambar 2.5 Pola curah hujan Indonesia.Gambar 2.6 Pola pergerakan angin muson barat dan angin musontimur.Gambar 2.7 Penakar hujan biasa (nonrecording rain gauge).Gambar 2.8 Penakar hujan otomatis (recording rain-gauge) .Gambar 2.9 Strip, Chart, Mass Curve, Hyctrograf.Gambar 2.10 Contoh penentuan hujan wilayah dengan poligon Thiessen.Gambar 2.11 Contoh penentuan hujan wilayah dengan isohyet.Gambar 2.12 Titik-titik sampel dan hasil interpolasi.Gambar 2.13 Saluran resapan dan rorak pada sistem teras gulud.Gambar 2.14 Rorak pada perkebunan kopi rakyat di Sumberjaya,Lampung.Gambar 2.15 Lubang penampung air dan pematang bulan sabit.Gambar 2.16 Embung sebagai media pemanenan hujan.Gambar 2.17 Komponen pemanenan hujan.Gambar 2.18 Jenis-jenis tangki penyimpanan air hujan.Gambar 2.19 Penampung air hujan (PAH) di Kabupaten Gunungkidul.Gambar 2.20 Grafik curah hujan bulanan stasiun Wonosari tahun1979–2008.Gambar 2.21 Grafik curah hujan bulanan stasiun Gedangan tahun1979–2008.Gambar 2.22 Tren nilai SPI di beberapa stasiun hujan di DAS Opakpada bulan Oktober 1984–2007.Gambar 2.23 Neraca air meteorologis Kecamatan Playen.Gambar 2.24 Kecenderungan hujan stasiun Wonogomo tahun 1985–2005.xiv Pengelolaan Sumberdaya Air 3646566666969717375

76767677777878ugmpress.ugm.ac.idGambar 2.25 Jumlah hujan bulan DJF dan bulan JJA stasiun Wonogomotahun 1985–2005.Gambar 2.26 Kecenderungan hujan stasiun Terong tahun 1985–2005.Gambar 2.27 Jumlah hujan bulan DJF dan bulan JJA stasiun Terongtahun 1985–2005.Gambar 2.28 Kecenderungan hujan stasiun Pathuk tahun 1985–2005.Gambar 2.29 Jumlah hujan bulan DJF dan bulan JJA stasiun Pathuktahun 1985–2005.Gambar 2.30 Kecenderungan hujan stasiun Wonosari tahun 1985–2005Gambar 2.31 Jumlah hujan bulan DJF dan bulan JJA stasiun Wonosaritahun 1985–2005.Gambar 2.32 Kecenderungan hujan stasiun Kedungkeris tahun 1985–2005.Gambar 2.33 Jumlah hujan bulan DJF dan bulan JJA stasiun Kedungkeristahun 1985–2005.Gambar 2.34 Kecenderungan hujan stasiun Paliyan tahun 1985–2005.Gambar 2.35 Jumlah hujan bulan DJF dan bulan JJA stasiun Paliyantahun 1985–2005.Gambar 2.36 Tingkat keasaman (pH) air hujan di Indonesia.Gambar 2.37 Mekanisme hujan asam .Gambar 2.38 Perubahan pH danau akibat hujan asam dari danau alami,transisi dan danau asam .Gambar 2.39 Proses interaksi hujan asam dengan material batuanyang ada di tubuh air alami (danau).Gambar 2.40 Dampak hujan asam Patung yang melepuh, Tumbuhanyang mati.Gambar 3.1 Penggunaan air berdasar pada sumber.Gambar 3.2 Komponen sistem iklim, proses dan interaksinya yangmempengaruhi siklus hidrologi .Gambar 3.3 Siklus hidrologi secara sederhana.Gambar 3.4 Proses-proses hidrologi .Gambar 3.5 Komponen proses air hujan menjadi limpasan.Gambar 3.6 Daerah aliran sungai.Gambar 3.7 Luapan Sungai Bengawan Solo saat banjir di KabupatenBojonegoro.Gambar 3.8 Ilustrasi pengukuran debit sungai.Gambar 3.9 Ilustrasi pengukuran kecepatan aliran metode pelampung.Gambar 3.10 Pengukuran debit dengan Weir.Gambar 3.11 Pengukuran debit menggunakan Flume.Gambar 3.12 Ujung Tabung Pitot dan Tabung Pitot.Pengelolaan Sumberdaya Air 105xv

ugmpress.ugm.ac.idGambar 3.13 Ilustrasi pengukuran dengan larutan Metode Kecepatan.Gambar 3.14 Ilustrasi pengukuran larutan dengan Metode ConstantRate.Gambar 3.15 Danau Kerinci, Jambi.Gambar 3.16 Waduk Jatiluhur, Jawa Barat.Gambar 3.17 Masukan pola pengelolaan sumberdaya air ke dalamRencana Tata Ruang Wilayah .Gambar 4.1 Distribusi air di bumi .Gambar 4.2 Siklus hidrologi .Gambar 4.3 Ilustrasi airtanah (soil moisture/soil water) .Gambar 4.4 Ilustrasi airtanah (groundwater) .Gambar 4.5 Ilustrasi masuknya air permukaan menuju airtanah.Gambar 4.6 Porositas batuan berdasarkan material penyusun.Gambar 4.7 Segitiga tekstur tanah.Gambar 4.8 Ilustrasi akuifer bebas (unconfined aquifer).Gambar 4.9 Ilustasi akuifer tertekan (confined aquifer).Gambar 4.10 Ilustasi akuifer menggantung (perched aquifer).Gambar 4.11 Ilustrasi Hydraulic Head.Gambar 4.12 Ilustrasi perhitungan kemiringan airtanah (HydraulicGradient).Gambar 4.13 Jenis aliran airtanah yang mempengaruhi fluktuasi permukaan airtanah.Gambar 4.14 Ilustrasi perubahan tinggi muka airtanah akibat evapotranspirasi .Gambar 4.15 Pengaruh banyaknya kejadian hujan terhadap tinggi mukaairtanah.Gambar 4.16 Ilustrasi terjadinya cone of depression.Gambar 4.17 Model aliran airtanah melewati rekahan dan butiran batuan .Gambar 4.18 Proses resapan air di daerah imbuhan .Gambar 4.19 Proses resapan air di daerah lepasan .Gambar 4.20 Sistem airtanah di sebuah cekungan airtanah.Gambar 4.21 Peta cekungan airtanah Indonesia.Gambar 4.22 Alat pengukur curah hujan (terameter).Gambar 4.23 Ilustrasi profil stratifikasi lapisan geohidrologi.Gambar 4.24 Proses pendeteksian potensi airtanah untuk perkebunan.Gambar 4.25 Prinsip kerja sumur resapan .Gambar 4.26 Sumur resapan .Gambar 4.27 Gambar jenis-jenis lubang resapan dalam bentuk biopori .Gambar 4.28 Cara membuat lubang resapan biopori.Gambar 4.29 Bentuk septic-tank komunal beserta pengelolaannya.xvi Pengelolaan Sumberdaya Air 155156157

159164172173176180ugmpress.ugm.ac.idGambar 4.30 Sumur resapan yang belum optimal dengan genangan airdi sekitarnya.Gambar 5.1 Skema alur Peraturan Perundang-Undangan PengelolaanKualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.Gambar 5.2 Stasiun pemantauan kualitas udara di Indonesia .Gambar 5.3 Tingkat keasaman (pH) air hujan yang diukur di berbagaistasiun hujan di Indonesia.Gambar 5.4 Peta DAS Citarum dan titik pengamatan aliran air.Gambar 5.5 Lokasi tempat pengambilan sampel.Pengelolaan Sumberdaya Air Terpaduxvii

xii Pengelolaan Sumberdaya Air Terpadu Tabel 5.9 Parameter wajib persyaratan kualitas air minum berda-sarkan Permenkes Nomor 492 Tahun 2010 . 187 Tabel 5.10 Parameter tambahan persyaratan kualitas air minum