Transcription

Jurnal Perikanan dan KelautanVolume 8 Nomor 1. Juni 2018Halaman : 96 – 103p – ISSN 2089 – 3469e – ISSN 2540 – 9484Pendugaan Growth Overfishing Rajungan (Portunnus pelagicus)di Teluk Banten(Assessement of Blue Swimming Crab (Portunnus pelagicus) GrowthOverfishing at Banten Bay)MJ Fauzi 1), A Gaffar1, B Erdyanto 1), IB Dhewang 1), MA Arafat 1), DA Akmalia1), DV Ditama 1), E Sihombing 1), NR Ramadhanty 1), NR Amelia 1), N Silalahi 1),PA Djaruu 1), A Prasetyo 1), AAS Putra 1), A Munazir 1), AP Mollen 1), CJ Syahida1), C Angela 1), D Adilwiweko 1), D Ramadhan 1), E Yulita 1), FH Putri 1), FSetiawan 1), I Ramadhan 1), JF Setiawan 1), LA Yuana 1), M Soa 1), N Syahputeri1), NL Budiarti 1), N Ulfah 1), N Atika 1), R Setiawan 1), RI Rahman 1), RS Diosand1), SH Amirulloh 1), S Andari 1), SM Qurani 1), TDB Diningrum 1), WD Arini 1), WTadeo 1), Z Afranisa 1), M Maulita 1,2), H Irawan 3), R Suharti 1,2), P Rahardjo 1,2),IN Suyasa 1,4), B Rachmad 1,2), H Triyono 1,2*)1)Bioecology Public Awareness and Education Campaigns, Prodi TeknologiPengelolaan Sumberdaya Perairan, Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Jalan AUP,Pasar Minggu, Jakarta 12520.2)Laboratorium Biologi dan Konservasi (BIOVASI), Kelompok Keilmuan Dosen(KKD) Pengelolaan Sumberdaya Perairan, Subrumpun Ilmu Biologi danKonservasi, Sekolah Tinggi Perikanan.3)4)KKD PSDP-Sub Rumpun Ilmu Pengelolaan Lingkungan Perairan, KampusBAPPL-STP, Jl. STP Raya Karangantu, Serang 42191, Banten.KKD PSDP-Sub Rumpun Ilmu Sosial, Ekonomi dan Edukasi, Sekolah TinggiPerikanan.*) Korespondensi: [email protected] : 2 Agustus 2018 / Disetujui : 15 Agustus 2018ABSTRAKPenelitian dilakukan bulan Februari hingga Maret 2018 di Teluk Banten. Penelitian inibertujuan untuk mengetahui adanya growth overfishing rajungan (Portunus pelagicus),yang meliputi hubungan lebar-berat, sex ratio, Tingkat Kematangan Gonad (TKG),Ukuran pertama kali tertangkap (Lc) dan ukuran pertama kali matang gonad (Lm).Metode yang digunakan dalam penelitian adalah market survey (observasi pada pengepulrajungan). Hasil penelitian sementara menunjukkan bahwa hubungan lebar-berat bersifatallometrik positif. Perbandingan jantan dan betina menunjukkan nilai yang seimbang.TKG yang dominan adalah TKG III. Nilai Lc Jantan 11,26 cm; betina 11,38 cm dannilai Lm Jantan 11,82 cm; betina 9,30 cm. Berdasarkan data yang terkumpul, dapatdiketahui bahwa populasi rajungan jantan lebih cepat mengalami penurunandibandingkan betina. Jika dalam jangka panjang kondisi penangkapan ini terus terjadiakan menyebabkan growth overfishing yang mengakibatkan hilangnya populasisementara dan perubahan rantai makanan.Kata Kunci : Teluk Banten, Rajungan, Populasi, Growth OverfishingPendugaan growth overfishing rajungan .96

Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 8 Nomor 1 : 96 – 103. Juni 2018ABSTRACTThis research was conducted in February-March 2018 at Banten Bay. The purpose ofresearch is to determine to presence of growth overfishing of crab (Portunus pelagicus),to cover width-weight relationships, sex ratio, Gonad Maturity Rate (GMR), Length atFirst Capture (Lc) and Length at first maturity (Lm). The method used is market survey(observation on crab collectors). Temporary research result showed that width-weightrelationships are allometrically positive. Sex ratio show a balance value. GMR is thedominant GMR III. Lc 11,26 cm male; 11,38 cm female and Lm 11,82 cm male; 9,30 cmfemale. Based on the data, it can be seen that the population of the male crabs morequickly decreased compared to the females. If these fishing conditions continue to happenin the long time. It will cause the growth overfishing, result the temporary loss ofpopulation and change the food chain.Key Words : Banten Bay, Crab, Growth Overfishing, Population.PENDAHULUANPerairan Teluk Banten memiliki potensi sumberdaya perikanan dan kelautanyang masih tinggi. Potensi perikanan dan kelautan telah dimanfaatkan untukberbagai macam kegiatan pembangunannasional serta mensejahterakankehidupan nelayan (Triarso 2012) dan memaksimalkan produksi perikanan yangberkesinambungan (Setiyowati 2016). Salah satu potensi sumberdaya perikanantersebut adalah rajungan yang merupakan komoditas perikanan dengan nilaiekonomis penting (Kembaren dan Surahman 2018).Rajungan dengan nama latin Portunus pelagicus memiliki perbedaan dalamhal warna, bentuk abdomen dan lebar karapas di masing-masing daerah.Kelompok kepiting ini berasal dari famili Portunidae yang merupakan salah satuanggota sub-filum Crustracea (Suryakomara 2013) dari kelas Malacostraca danordo Decapoda. Ordo Decapoda telah banyak menjadi obyek penelitian karenamempunyai nilai ekonomis yang sangat tinggi dan memiliki keanekaragamanjenis yang cukup besar (Ernawati et al. 2014).Rajungan jantan memiliki warna dasar biru dengan bercak putih denganabdomen bagian bawah berbentuk segitiga meruncing. Rajungan betina memilikiwarna dasar hijau kotor dengan bercak putih kotor dengan bentuk abdomen yangmelebar (Suryakomara 2013) dan bobot mencapai 400 g/ekor (Prihatiningsih &Wagiyo 2017).Pada dasarnya, Rajungan hidup di berbagai habitat seperti pantai dengandasar pasir, pasir lumpur, perairan dangkal dengan kedalaman antara 1 sampai 4meter dan tersebar hingga kedalaman mencapai 50 meter serta sesekali ia berdiamdiri pada kedalaman 65 m (Prasetyo et al. 2014), kemudian berenang kepermukaan laut, daerah berpasir (Azizah 2013) untuk bernafas dan melihatorganisme lain atau mangsanya dengan mata yang tajam dan menjulurkanantenanya (Lakudo et al. 2017). Permintaan pasar yang meningkat hampirmenjadikan rajungan sebagai biota ekspor dengan nilai yang tinggi (Yusfiandadan Sobari 2011).Pasar yang luas dan harga yang tinggi menjadi pemicu berkembangnyaperikanan rajungan (Santoso & Raksun 2016). Tingginya nilai jual rajunganmendorong peningkatan upaya penangkapan (Ernawati et al. 2014). Tekanan97Fauzi et al.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 8 Nomor 1 : 96 – 103. Juni 2018upaya penangkapan yang terus meningkat menyebabkan hasil tangkapan perupaya yang diperoleh semakin sedikit (Ernawati et al. 2014).Hingga saat ini besarnya tingkat pemanfaatan dan perdagangan rajungantidak diimbangi dengan pengetahuan tentang cara melestarikan sumberdayatersebut. Hal ini dapat berakibat pada penurunan stok sumberdaya rajungan(Santoso & Raksun 2016). Pada pengelolaan perikanan rajungan yangberkelanjutan diperlukan informasi biologis maupun data hasil tangkapan.Informasi yang diperoleh diolah ke dalam bentuk informasi yang berguna untukmembuat kebijakan pengelolaan, penetapan serta memantau pelaksanaankebijakan pengelolaan tersebut (Ningrum et al. 2015).Sedangkan rajungan hasil tangkapan para nelayan dijual pada parapengumpul (bakul). Para pengumpul ini menjual rajungannya kepada para bandarbesar yang merupakan agen pembelian dari perusahaan-perusahaan besar(eksportir) rajungan. Oleh karena itu produksi rajungan sering tidak tercatat olehpetugas dari Dinas Perikanan setempat. Tidak adanya data produksi inimengakibatkan sulitnya mengetahui besar produksi yang dihasilkan (Santoso &Raksun 2016). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya growthoverfishing rajungan (Portunus pelagicus) di Teluk Banten.METODE PENELITIANPenelitian dilaksanakan pada tanggal 19 Februari-4 April 2018 di DesaDomas dan Desa Karangantu dengan metode market survey. Sampel sebanyak1006 ekor rajungan (505 ekor jantan; 501 ekor betina). Analisis meliputi:hubungan lebar-berat; sex ratio (perbandingan jenis kelamin); TingkatKematangan Gonad (TKG) yaitu pengamatan dapat dilakukan dengan dua carayaitu cara morfologi dan histologi (Kangas 2000) atau pengamatan berdasarkanpenampakan morfologi, warna dan tingkat okupasi gonad pada daerah hepatic(Soundarapandian & Tamizhazhagan 2009) dimana rajungan mencapaikematangan gonad pada usia satu tahun (Sumpton et al. 1994); Ukuran pertamakali tertangkap (Length at first capture/Lc) yang diperoleh dengan memplotkanpresentase frekuensi kumulatif rajungan yang tertangkap dengan ukuran lebartotalnya (Ningrum et al. 2015); dan Ukuran pertama kali matang gonad (Length atfirst maturity/Lm) yaitu tahap pada suatu siklus hidup yang telah mencapai bentukdewasa dan mampu bereproduksi (Soedharma 2012).HASIL DAN PEMBAHASANRajungan (Portunus pelagicus) yang tertangkap di Teluk Banten mayoritasberukuran lebar karapas 11–12 cm (Gambar 1). Menurut Suryakomara (2013)yang melakukan penelitian di Lampung diperoleh informasi bahwa telah terjadipeningkatan ukuran lebar karapas rajungan yang tertangkap; jantan dari 10 cmmenjadi 12 cm dan betina dari 11 cm menjadi 12 cm. Marshall et al. (2005)menyatakan bahwa berdasarkan indikasi kelangsungan hidupnya, rajunganmemiliki sifat kanibal terutama pada ukuran relatif kecil sehingga rajungandengan ukuran lebar karapas 60 mm lebih rentan daripada yang lebih besar.Pendugaan growth overfishing rajungan .98

Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 8 Nomor 1 : 96 – 103. Juni 2018Gambar 1. Frekuensi Lebar Rajungan.Berdasarkan analisis hubungan lebar karapas dengan berat rajungan,diperoleh nilai b jantan 3,430 (pertumbuhan berat rajungan lebih cepat dari padalebar rajungan tersebut atau allometrik positif) sedangkan b betina 2,884(pertumbuhan lebar rajungan lebih cepat dari pada beratnya atau allometriknegatif) (Gambar 2). Sementara pada penelitian di Lampung yang dilakukan olehSuryakomara (2013) rajungan jantan mengalami pertumbuhan allometrik positifdengan nilai b 3,213 dan rajungan betina mengalami pertumbuhan isometrikdengan nila b 3,0. Menurut Pauly (1984) pertumbuhan rajungan juga dapatdilihat dengan mengetahui hubungan panjang (lebar)-berat. Melalui hubungan inidapat digambarkan kecepatan pertumbuhan panjang (lebar) terhadap pertumbuhanbobot.a. Jantanb. BetinaGambar 2. Hubungan Lebar - Berat Rajungan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa populasi rajungan di Teluk Bantendalam kondisi seimbang dengan perbandingan jantan betina 1:1 (Tabel 1). Nisbahkelamin ideal rajungan berkisar 1:1, dibutuhkan 1 jantan untuk membuahi 1betina. Dalam penelitian Suryakomara (2013), perbandingan rajungan jantan danbetina adalah 1:0,87 menunjukkan bahwa jumlah populasi rajungan betinamengalami peningkatan dan yang ideal untuk perbandingan jenis kelaminnya.Menurut Hill et al. (1982) komposisi nisbah kelamin akan mengikuti perubahan99Fauzi et al.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 8 Nomor 1 : 96 – 103. Juni 2018musim pemijahan. Effendie (2002) menyatakan bahwa perbandingan nisbahkelamin di alam tidak akan mutlak dan dapat dipengaruhi oleh ketersediaanmakanan, keseimbangan rantai makanan dan kepadatan populasi.Potter dan de Lestang (2000) menyatakan bahwa rajungan betina sebelummemijah tidak menetap di perairan pantai sehingga dapat menyebabkan rajunganbetina tidak mudah tertangkap dibandingkan jantan. Hal senada juga diutarakanoleh Sumpton et al. (1994) yang menyatakan bahwa rajungan betina cenderungmemilih substrat yang berpasir selama musim pemijahan sehingga rajungan betinapergi ke daerah yang berpasir, hal ini menyebabkan hasil tangkapan cenderungjantan.Tabel 1. Nisbah Kelamin RajunganSampelBetinaJantanF0501505fhf0 - 2286 (f0 - fh)2/fhχ2tabel0,0159045733,84Tingkat kematangan gonad (TKG) rajungan tidak merata, dan cenderungrajungan yang tertangkap berada pada TKG 3 (masa dimana rajungan mulaimemijah) (Tabel 2). Oleh karena itu perlu pengelolaan khusus terhadap rajungandi Teluk Banten untuk mencegah growth overfishing akibat rajungan yang tidaksempat melakukan recruitment. Menurut Hermanto (2004) in Hamid (2015)menyebutkan bahwa proses pemijahan rajungan berlangsung terus menerussepanjang tahun secara perlahan-lahan seperti yang ditemukan di perairanPurirano, Kendari, Sulawesi Tenggara. Hasil penelitian Hermanto (2004)menunjukkan bahwa perkembangan gonad dapat dilihat melalui warna gonadyaitu perbedaan warna gonad dalam satu individu yang dapat mengindikasikanwarna gonad yang lebih tua memiliki perkembangan kematangan gonad yanglebih cepat dibandingkan warna gonad yang lebih muda meskipun dalam kategoriTKG yang sama.Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad RajunganJenis KelaminJantanBetinaGabungIn10079179%201618Tingkat Kematangan Gonad (TKG)IIIIITidak 7 45,522021,5Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai Ukuran pertama kali tertangkap(Lc) rajungan jantan sebesar 11,26 cm dan untuk rajungan betina sebesar 11,38cm (Gambar 3) sedangkan nilai Ukuran pertama kali matang gonad (Lm) rajunganjantan sebesar 11,82 cm dan rajungan betina sebesar 9,30 cm. Ukuran pertama kalitertangkap (Lc) rajungan jantan kurang dari ukuran pertama kali matang gonad(Lm) (Lc Lm), dimana rajungan yang tertangkap belum sempat memijah.Sedangkan untuk rajungan betina Lc Lm, dimana rajungan betina yangtertangkap telah melakukan memijah sebelumnya. Hal ini mengindikasikanPendugaan growth overfishing rajungan .100

Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 8 Nomor 1 : 96 – 103. Juni 2018rajungan jantan lebih cepat mengalami penurunan populasi dibandingkan rajunganbetina, yang dapat menyebabkan growth overfishing (mengakibatkan hilangnyapopulasi sementara dan perubahan rantai makanan). Menurut Pasisingi (2011),perpaduan faktor genetik dan lingkungan akan memberikan variasi umur danukuran untuk mencapai tingkat kematangan gonad. Sedangkan menurut Atmadja(1994), kematangan seksual dipengaruhi oleh hormon, faktor lingkungan danmakanan.a. Jantanb. BetinaGambar 3. Nilai Lc Rajungan.KESIMPULANDari penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa hubunganlebar-berat bersifat allometrik positif. Perbandingan jantan dan betinamenunjukkan nilai yang seimbang. TKG yang dominan adalah TKG III. Nilai Lc Jantan 11,26 cm; betina 11,38 cm dan nilai Lm Jantan 11,82 cm; betina 9,30cm. Populasi rajungan jantan lebih cepat mengalami penurunan dibandingkanbetina. Jika dalam jangka panjang kondisi penangkapan ini terus terjadi akanmenyebabkan growth overfishing yang mengakibatkan hilangnya populasisementara dan perubahan rantai makanan.UCAPAN TERIMAKASIHTerima kasih kami ucapkan kepada DKP Provinsi Banten, DKP KabupatenSerang, DKP Kota Serang, PPN Karangantu dan PSDKP Serang atas bantuanyang diberikan selama dalam penelitian. Ucapan terima kasih juga kamisampaikan kepada civitas akademika Kampus BAPPL-STP Serang dan STPJakarta, masyarakat Desa Domas, Desa Karangantu serta pihak lainnya yang tidakbisa disebutkan satu persatu.DAFTAR PUSTAKAAtmadja SB. 1994. Tingkat Kematangan gonad beberapa ikan pelagis kecil.Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. 3(2):83-89.Azizah N. 2013. Identifikasi Krustasea Ekonomis Hasil Tangkapan Nelayan di101Fauzi et al.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 8 Nomor 1 : 96 – 103. Juni 2018Kabupaten Nagan Raya. [Skripsi]. Meulaboh: Fakultas Perikanan dan IlmuKelautan, Universitas Teuku Umar. 25 hlm.Effendie MI. 2002. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.Xii 163 hlm.Ernawati T, Boer M dan Yonvitner. 2014. Biologi Populasi Rajungan (Portunuspelagicus) di Perairan Sekitar Wilayah Pati, Jawa Tengah. BAWAL WidyaRiset Perikanan Tangkap, 6(1): 31–40.Hamid A. 2015. Habitat, Biologi Reproduksi Dan Dinamika Populasi Rajungan(Portunus Pelagicus Linnaeus 1758) Sebagai Dasar Pengelolaan Di TelukLasongko, Sulawesi Tenggara. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca SarjanaInstitut Pertanian Bogor. 163 hlm.Hill BJ, Williams MJ, Dutton P. 1982. Distribution of Juvenile, Subadult andAdult Scyllaserrata (Crustacea: Portunidae) on Tidal Flats in Australia.Marine Biology, 69: 117-120.Kangas MI. 2000. Synopsis of the biology and exploitation of the blue swimmercrab, Portunus pelagicus Linnaeus, in Western Australia. FisheriesResearch Report No. 121. Perth: Fisheries Western Australia. 22p.Kembaren DD dan Surahman A. 2018. Struktur Ukuran Dan Biologi PopulasiRajungan (Portunus pelagicus Linnaeus, 1758) di Perairan Kepulaun Aru.Jurnal Penelitian Perkanan Indonesia, 24(1): 51–60.Lakudo AH, Wardiatno Y, Lumban DTF, dan Riani E. 2017. PengelolaanRajungan (Portubbus pelagicus) yang berkelanjutan berdasarkan AspekBioekologi di Teluk Lasongko Sulawesi Tenggara. Jurnal KebijakanPerikanan Indonesia, 9(1): 41–50.Marshall S, Warburton K, Paterson B dan Mann D. 2005. Cannibalism in juvenileblue-swimmer crabs Portunus pelagicus (Linnaeus, 1766): effects of bodysize, moult stage and refuge availability. Applied Animal Behaviour Science,90: 65-82.Ningrum VP, Ghofar A dan Ain C. 2015. Beberapa Aspek Biologi PerikananRajungan (Portunus pelagicus) di Perairan Betahwalang dan Sekitarnya.Journal of Fisheries Science and Technology, 11(1): 62–71.Pasisingi N. 2011. Model produksi surplus untuk pengelolaan sumberdayarajungan (Portunus pelagicus) di Teluk Banten, Kabupaten Serang, ProvinsiBanten [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen SumberdayaPerairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor. 91hlm.Pauly D. 1984. Fish population dynamics in tropical waters : a manual for usewith programmable calculators. Manila : ICLARM. 325 p.Potter IC, de Lestang S. 2000. Biology of the blue swimmer crabPortunuspelagicus (Linnaeus) (Decapoda: Brachyura) of the Madras Coast. Proc.Indian Acad. Sci. 65: 76-82Prasetyo GD, Fitri ADP dan Yulianto T. 2014. Analisis Daerah PenangkapanRajungan (Portunus pelagicus) berdasarkan Perbedaan Kedalaman PeriaranPendugaan growth overfishing rajungan .102

Jurnal Perikanan dan Kelautan Volume 8 Nomor 1 : 96 – 103. Juni 2018dengan Jarig Arad (Mini Trawl) di Perairan Demak. Journal of FisheriesResources Utilization Management and Technology, 3(3): 257–266.Prihatiningsih, Wagiyo K. 2017. Sumberdaya Rajungan (Portunus pelagicus) diPerairan Tangerang. BAWAL Widya Riset Perikanan Tangkap, 2(6): 273–282.Santoso D, Raksun A. 2016. Karakteristik Bioekologi Rajungan (PortunusPelagicus) di Perairan Dusun Ujung Lombok Timur. Jurnal Biologi Tropis,16(2): 94–105.Setiyowati D. 2016. Kajian Stok Rajungan (Portunus pelagicus) Di Perairan LautJawa, Kabupaten Jepara. Jurnal Disprotek, 7(1): 84–97.Soedharma D. 2012. Karakteristik bioekologi rajungan (Portunus pelagicus) diPerairan Laut Kabupaten Brebes. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pasca SarjanaInstitut Pertanian Bogor. 147 hlm.Soundarapandian P, Tamizhazhagan T. 2009. Embryonic development us(Linnaeus). Current Research Journal of Biological Sciences, 1(3): 106108.Sumpton WD, Potter MA dan Smith GS. 1994. Reproduction and Growth of theCommercial Sand Crab (Portunus pelagicus) in Moreton Bay Queensland.Asian Fisheries Science 7(1994) : 103-133.Suryakomara A. 2013. Keragaan Reproduksi Rajungan (Portunus pelagicus) diPerairan Lampung Timur. [Skripsi]. Bogor: Departemen ManajemenSumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, InstitutPertanian Bogor. 63 hlm.Triarso I. 2012. Potensi dan Peluang Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap diPantura Jawa Tengah. Indonesian Journal of Fisheries Science andTechnology, 8(1): 65-73.Yusfianda R, Sobari MP. 2017. Aspek Bioteknik dalam Pemanfaatan SumberdayaRajungan di Perairan Teluk Banten. Jurnal Teknologi Perikanan danKelautan, 2(1): 71–80.103Fauzi et al.

Gambar 1. Frekuensi Lebar Rajungan. Berdasarkan analisis hubungan lebar karapas dengan berat rajungan, diperoleh nilai b jantan 3,430 (pertumbuhan berat rajungan lebih cepat dari pada lebar rajungan ter